Beda Batuk Omicron dan Biasa, Seperti Apa?
Batuk Omicron seperti apa? Apakah seperti batuk biasa atau punya ciri khusus yang membedakannya? Tentu itu adalah pertanyaan yang banyak ingin diketahui orang termasuk Anda, setelah resmi diumumkannya oleh Kementerian Kesehatan bahwa varian XBB telah masuk di Indonesia. Ketahui bagaimana perbedaan batuk Omicron dengan batuk biasa yang akan dibahas di dalam artikel ini.
Batuk adalah reaksi alami tubuh yang dilakukan secara refleks untuk membersihkan tenggorokan dan saluran pernapasan dari benda asing, mikroba, iritasi, cairan dan lendir. Batuk dapat dengan cepat mengusir semua hal tersebut untuk melindungi paru-paru. Meskipun batuk seringkali menjadi tanda penyakit serius, sebagian besar batuk akan hilang dengan sendirinya tanpa perhatian medis.
Batuk bisa dialami selama satu hingga dua minggu yang disebut dengan batuk akut. Batuk yang dialami lebih dari empat minggu pada anak, atau dialami lebih dari delapan minggu pada orang dewasa disebut batuk kronis. Batuk kronis tentu saja sangat mengganggu karena terjadi dalam waktu yang sangat panjang. Batuk kronis bahkan menyebabkan tidur tidak nyenyak sehingga keesokan hari Anda akan terbangun dengan tubuh kelelahan seolah tidak mendapatkan cukup tidur.
Berbagai hal yang dapat menyebabkan batuk
Batuk bisa disebabkan oleh berbagai macam hal, yaitu:
- Adanya lendir berlebihan yang diproduksi di saluran sinus yang turun ke tenggorokan dan memicu reaksi batuk
- Ketika Anda mengalami asma, maka Anda akan mudah batuk saat udara sedang dingin, terpapar asap rokok, terpapar asap polusi atau mencium aroma wewangian
- GERD juga dapat memicu batuk, karena asam lambung yang terus menerus naik menyebabkan iritasi pada tenggorokan
- Infeksi virus seperti pilek dan flu dapat menyebabkan batuk; infeksi bakteri juga bisa menyebabkan batuk misalnya saja pada TBC
- Penyakit paru obstruktif kronis disebabkan adanya peradangan kronis di paru-paru, misalnya seperti pada bronkitis atau emfisema. Batuk ini biasanya ditandai dengan perubahan warna pada dahak yang cenderung berwarna kuning kental
- Mengonsumsi beberapa jenis obat-obatan juga dapat memicu batuk kronis pada sebagian orang, misalnya pada obat-obatan untuk mengobati tekanan darah tinggi atau gagal jantung
Beberapa penyebab batuk lainnya yaitu:
- Aspirasi (tersedak makanan atau masuknya benda asing ke tenggorokan)
- Bronkiektasis (saluran udara rusak dan melebar)
- Bronkiolitis (radang pada saluran udara yang sangat kecil di paru-paru)
- Cystic fibrosis
- Laryngopharyngeal reflux (asam lambung yang mengalir ke tenggorokan)
- Kanker paru-paru
- Bronkitis eosinofilik nonasma (radang saluran napas yang tidak disebabkan asma)
- Sarcoidosis (kumpulan sel-sel yang meradang di berbagai bagian tubuh, paling sering di paru-paru)
- Fibrosis paru idiopatik (jaringan parut kronis pada paru-paru akibat penyebab yang tidak diketahui)
Sebenarnya tidak hanya infeksi yang disebabkan virus seperti Rhinovirus atau Influenza, batuk juga bisa disebabkan oleh virus SARS-CoV-2 atau yang menyebabkan Covid-19.
Batuk Omicron seperti apa?
Batuk biasa mungkin berbeda dengan batuk Omicron. Batuk biasa memiliki gejala dan tanda sebagai berikut:
- Hidung tersumbat atau berair
- Perasaan seperti adanya cairan yang mengalir turun di belakang tenggorokan (postnasal drip)
- Sakit tenggorokan
- Suara serak
- Sesak napas
- Suara mengi
- Heartburn yang ditandai rasa asam di mulut
- Pada kondisi kronis yang parah terkadang batuk juga disertai dengan darah yang keluar
Pada batuk biasa, selain mendapatkan pengobatan dari dokter atau obat OTC (obat yang bisa dibeli bebas di warung atau toko obat), batuk juga bisa diatasi dengan beberapa ramuan tradisional, misalnya saja madu. Madu dikenal sebagai obat tradisional untuk mengobati batuk, yang membantu mengurangi iritasi pada tenggorokan yang memicu batuk. Biasanya Anda baru disarankan ke dokter apabila batuk tidak mereda saat diobati dengan obat herbal maupun obat yang dibeli di warung.
Anda perlu memeriksakan diri ke dokter apabila batuk biasa disertai dengan gejala sebagai berikut:
- Batuk terlihat semakin parah dan tidak membaik setelah minum obat
- Adanya pembengkakan atau benjolan di leher
- Berat badan turun
- Batuk terlihat parah dan tidak berhenti
- Kesulitan menelan
- Perubahan suara yang permanen
- Batuk disertai darah
- Kesulitan bernapas
- Rasa sakit di dada
- Demam yang tidak kunjung turun
Batuk sebagai salah satu gejala Covid, dialami oleh hampir semua varian Covid termasuk batuk XBB. Para ilmuwan berusaha mencari tahu apakah ada ciri khusus yang membedakan antara batuk biasa dengan batuk yang disebabkan oleh Covid-19. Sayangnya hingga saat ini tidak ada cara khusus untuk mendiagnosis dan membedakan dengan benar suara batuk yang disebabkan oleh batuk biasa dan batuk yang terkait dengan Covid-19.
Batuk Omicron biasanya bertahan selama berminggu-minggu atau berbulan-bulan bahkan setelah infeksinya hilang. Diketahui dari hasil penelitian bahwa 2,5% orang masih batuk selama setahun setelah terinfeksi Covid-19. Batuk yang berulang karena Covid-19 disebabkan karena virus telah mempengaruhi saluran pernapasan, baik saluran pernapasan atas maupun bawah. Walaupun batuk adalah reflek alami untuk membersihan saluran pernapasan, namun batuk yang terus menerus menyebabkan peradangan dan pembengkakan yang dapat terus menerus memproduksi cairan.
Batuk Omicron dan batuk yang disebabkan oleh Covid-19 bisa disimpulkan memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
- Batuk pada Omicron biasanya adalah batuk kering yang tidak menghasilkan lendir. Demikian pula pada batuk yang disebabkan oleh varian Covid-19 lainnya
- Batuk pada Omicron seringkali batuk yang sulit berhenti begitu batuk mulai
- Pada perkembangannya, batuk pada Covid-19 juga disertai dengan lendir atau dahak yang mengganggu saluran pernapasan, dan tidak mereda dengan sendiri
- Batuk pada Covid-19 biasanya dialami setelah 2-14 hari terpapar virus
- Batuk pada Covid-19 terkadang disertai dengan gejala lain seperti demam, mual, diare, nyeri tubuh, nyeri otot, kelelahan dan anosmia
Saat ini, satu-satunya cara membedakan antara batuk biasa dengan batuk Omicron adalah dengan melakukan tes PCR, sehingga diketahui dengan jelas saat ini Anda sedang terinfeksi Covid-19 atau hanya batuk karena pilek atau flu, atau karena hal lainnya.
Anda perlu memeriksakan diri ke dokter apabila Anda mengalami batuk kronis disertai dengan gejala seperti Covid-19 sehingga Anda bisa mendapatkan pengobatan yang tepat. Mengonsumsi antivirus misalnya, akan membantu mempercepat penyembuhan dan mencegah kecepatan virus berkembang di dalam tubuh.
Bagaimana mengatasi batuk XBB?
Menurut William Checkley, MD, PhD, seorang profesor di divisi pengobatan paru dan perawatan kritis di Johns Hopkins Medicine di Baltimore, sekitar 50-70% orang dengan gejala Covid-19 akan mengalami batuk kering. Jika saat ini Anda terinfeksi Covid-19 dan batuk menjadi salah satu gejala yang Anda alami, maka inilah beberapa hal yang bisa dilakukan untuk mengatasi batuk XBB:
- Minum cukup cairan untuk membantu melembabkan tenggorokan dan mengurangi iritasi di saluran tenggorokan
- Menggunakan humidifier untuk melembabkan udara sehingga tenggorokan Anda tidak terasa kering
- Mendapatkan terapi uap baik dengan mandi air hangat atau menggunakan uap dari air panas di dalam baskom untuk melegakan tenggorokan dan hidung
- Mengonsumsi makanan yang hangat seperti teh hangat, sup kaldu ayam hangat, teh jahe hangat, teh madu hangat yang dapat membantu melegakan tenggorokan dan mengurangi batuk
- Mengonsumsi obat batuk untuk membantu mengeluarkan dahak atau meminta resep obat dari dokter untuk membantu mengatasi batuk akibat Omicron XBB
Pada beberapa kondisi, batuk Anda mungkin akan memburuk di malam hari, sehingga Anda perlu mempertimbangkan untuk menambah ketinggian bantal sehingga dapat bernapas lebih lega dan tidur lebih nyaman. Apabila Anda mengalami batuk yang sampai menyebabkan sesak dan kesulitan bernapas, maka sebaiknya minta perawatan di rumah sakit dan melakukan isolasi di rumah sakit di bawah pengawasan dokter.
BACA JUGA: Ciri-ciri Covid XBB yang Perlu Anda Ketahui
Semoga tips di atas membantu dan dapat berguna apabila hasil tes PCR Anda menunjukkan positif dan Anda sedang batuk saat menjalani isolasi mandiri di rumah.