Muncul Varian Baru Covid XBB, Seperti Apa Bahayanya?


Munculnya varian baru covid xbb menjadi alarm untuk kembali memperketat protokol kesehatan. Sub varian omicron XBB ini sebelumnya membuat negeri Singapura mengalami lonjakan penularan dan perawatan rumah sakit yang cukup tinggi.

Seperti yang sudah banyak kita pahami, bahwa pandemi ini belum benar-benar berakhir meski nantinya akan menjadi endemi atau seperti flu biasa. Sewaktu-waktu, masih ada potensi sub varian baru yang semakin lebih menular dengan tingkat bahaya yang bermacam-macam.

Kabar kemunculan XBB ini tentunya membuat banyak orang yang memiliki kecemasan atau trauma tersendiri dengan pandemi dan varian Covid 19 sebelumnya, menjadi khawatir. Bagaimana sebenarnya varian XBB ini? Apakah lebih berbahaya dari Omicron gelombang sebelumnya? Mari simak bersama penjelasan di bawah ini.

Covid XBB sebagai varian baru

ilustrasi varian baru covid xbb
Sumber gambar

Covid 19 memang sudah melalui berbagai penelitian sejak 2020 dan banyak pakar mengingatkan bahwa virus ini tidak akan sebentar. Selagi itu, akan banyak mutasi yang mungkin terjadi dari virus tersebut. Hal ini terjadi karena mobilitas yang sudah mulai terbuka sejak beberapa waktu lalu dan potensi virus yang terbawa bersama pergerakan tersebut.

Apalagi setiap kali ada varian baru, selalu ada kemungkinan terjadi ledakan kasus, bila penularannya sangat cepat dan tidak ada langkah antisipatif. Hal ini sudah terjadi di dua varian sebelumnya, yaitu delta dan Omicron.

Nah, Covid XBB adalah subvarian dari virus pendahulunya, yaitu Omicron. Sub varian ini sempat membuat peningkatan kasus cukup tajam di negara tetangga, yakni Singapura. Selain penularan, juga terdapat laporan perawatan RS. Tren kenaikannya pun hampir menyamai varian BA. 5 dan BA. 2 yang sempat membuat beberapa negara.

Anjuran untuk waspada kepada warga Indonesia

Kembali mengingatkan bahwa Omicron sebelumnya juga sempat muncul dan disebut tidak akan lebih mematikan. Meski demikian, penularannya sangat cepat, terutama di keluarga dalam satu rumah. Meski tidak lebih parah tapi gejala yang terasa terhitung sama beratnya.

Indonesia sendiri sudah memiliki laporan adanya transmisi lokal dari seorang pasien perempuan usia 29 tahun yang tadinya melakukan perjalanan dari Lombok, Nusa Tenggara Barat. Gejala yang ia alami seperti halnya Covid 19 varian omicron sebelumnya. Di antaranya adalah demam yang berbarengan dengan batuk dan pilek. Kasus ini muncul setelah pasien tersebut memeriksakan diri pada 26 September dan ternyata positif.

Meski demikian, pasien tersebut sudah mendapat validasi kesembuhan sejak 3 Oktober lalu. Hal ini seperti yang jubir Covid 19 Kemenkes, dr. M. Syahril sampaikan. Temuan kasus tersebut menjadi salah satu alarm bagi WNI semua untuk tetap waspada dengan adanya potensi penularan virus.

Faktor risiko varian baru Covid 19

ilustrasi risiko varian baru xbb
Sumber gambar

Sebenarnya, siapapun bisa berisiko terkena varian baru Covid 19 ini. Namun, tetap ketahui dan perhatikan orang yang berisiko mengalami gejala berat. Di antaranya adalah mereka yang memiliki komorbid dalam kondisi yang berat. Misalnya diabetes dan hipertensi. Selain itu, para lansia dan anak serta bayi dan balita yang imunitasnya tidak sempurna. Golongan rentan lainnya adalah ibu hamil.

Mereka yang telah kita sebutkan tadi adalah termasuk dalam golongan rentan yang perlu melindungi diri dan orang sekitarnya lindungi dari paparan virus. Sebab seperti yang sudah sempat terbahas di awal, meski tidak mematikan, gejala Covid 19 cukup berat dan lebih intens dari flu biasa. Terutama pada mereka yang kondisi kesehatannya lebih lemah atau imunitasnya menurun.

Berikutnya adalah mereka yang belum vaksin, merokok atau konsumsi alkohol. Ketiga hal ini masing-masing memiliki dampak pada penurunan kekebalan. Vaksin sendiri kita perlukan dalam rangka memiliki proteksi kesehatan ekstra, terutama bagi mereka yang memiliki kebutuhan mobilitas tinggi. Sedangkan merokok dan konsumsi alkohol, menyebabkan penurunan fungsi organ yang berdampak juga pada melemahnya kekebalan tubuh.

Apakah varian XBB berbahaya?

Belajar dari varian dan beberapa kasus sebelumnya, munculnya pasien Covid XBB dari transmisi lokal membuat pemerintah dan Kemenkes menyegerakan adanya tindakan antisipatif terhadap varian baru. Terutama pada pengawasan di pintu kedatangan baik WNI maupun WNA yang sangat tinggi potensi penyebarannya. Masih banyak negara destinasi wisata lain yang sewaktu-waktu mengalami lonjakan kasus covid 19 varian baru.

Lantas, apakah varian XBB ini berbahaya? Menurut Jubir Kemenkes untuk Covid 19, dr. Syahril, virus ini memang penularannya sangat cepat, akan tetapi tidak lebih membahayakan. Meski demikian, tidak ada jaminan bahwa negara sedang dalam kondisi aman dari penularan penyakit.

Oleh karena itu, Kemenkes kembali menghimbau pada seluruh masyarakat agar kembali menerapkan protokol kesehatan dan tidak lengah pada event-event atau potensi kerumunan dalam kehidupan sehari-hari. Sebab kerumunan masih menjadi salah satu penularan paling banyak terjadi bila berkaca pada 2-3 tahun ke belakang.

Mencegah penularan varian baru Covid 19

ilustrasi pencegahan varian baru covid 19
Sumber gambar

Tidak bosan-bosannya kita saling mengingatkan agar tetap waspada serta jangan lengah dengan Covid 19 ini. Meski nampak seperti flu biasa, pada kenyataannya gejala akan terasa lebih intense. Hal ini sebaiknya menjadi perhatian bagi mereka yang memiliki imunitas rendah, atau tinggal bersama lansia, bayi-balita dan anak kecil atau ibu hamil.

Selalu lakukan protokol kesehatan selagi masih lampu kuning. Sebab pada kasus Omicron yang lalu, tren lonjakan baru terjadi beberapa bulan setelahnya. Meski aktivitas bepergian sudah banyak diizinkan, gunakan masker, perhatikan apa yang tangan kita pegang atau sentuh agar sadar kapan harus mencuci tangan, serta usahakan tetap jaga jarak bila tidak yakin dengan kondisi kesehatan diri sendiri maupun orang lain.

BACA JUGA: Muncul Covid Varian XBB, Apakah Lebih Bahaya dari Omicron?

Mencegah tetap lebih baik daripada mengobati. Tidak sedikit risiko long covid yang masih dialami oleh para penyintas Covid 19 yang lalu. Oleh karena itu, selagi bisa melakukan tindakan preventif, jangan ragu untuk senantiasa terapkan protokol kesehatan demi kesehatan dan kenyamanan bersama.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *