Merenungi Testimoni Pasien Covid yang Banyak Diabaikan Orang
Akhir tahun di Indonesia ternyata masih diwarnai lonjakan kasus pasien covid. Kendati sudah banyak yang terpapar, masih banyak yang abai atau tawar menawar dalam melakukan preventif seperti pakai masker dan jaga jarak. Bahkan, masih ada yang belum yakin dengan keberadaan corona itu sendiri.
Ada banyak penderita Covid-19 yang berbagi pengalamannya dan menekankan nilai penting, kenapa jangan sampai orang lain mengikuti jejak mereka. Kita memang bisa saja sinis, tidak yakin dan meragukan, sampai benar-benar mengalaminya sendiri.
Berikut ini adalah beberapa gambaran yang paling sering diceritakan oleh penderita Covid-19 yang berhasil survive, atau dari keluarga mereka.
Kemarin sok tenang, lalu cemas saat gejala datang
Meremehkan pandemi ini memang bisa jadi pintu masuk utama penularan virus. Terutama di kalangan anak muda yang merasa ‘nongkrong safety’, ternyata beberapa tak luput dari hasil positif saat di swab test atau PCR test. Beberapa netizen yang berhasil sembuh dari Covid-19 menceritakan bagaimana awalnya mereka merasa santai dan menganggap remeh untuk jaga kesehatan karena merasa masih muda. Namun saat demam dan anosmia melanda, rasa tenang itu bagai menguap berganti cemas karena menyadari ada kemungkinan diri mereka telah terpapar dan kontak dengan banyak orang atau pasien covid.
Pasien covid sulit dapat RS rujukan, berlomba dengan kematian
Mengapa perlu berpikir lebih jauh dan tak boleh remeh dalam menyikapi pandemi ini, karena kita tidak benar-benar bisa membayangkan situasi ‘peperangan’ nakes dan Covid-19 yang sesungguhnya. Banyak nakes kewalahan dan RS penuh, akibatnya pasien diduga atau positif sulit mendapat faskes rujukan. Padahal banyak di antaranya juga kejar-kejaran dengan waktu karena kebanyakan dalam kondisi sudah berat.
Ditinggal orang tersayang yang paling nyesek
Sementara itu dengan berjatuhannya pasien dan nakes meninggal dunia, benar-benar tak ada penggantinya. Beberapa keluarga pasien mengingatkan bahwa Covid-19 bisa merenggut secepat itu. Tak peduli ada penyakit bawaan atau bukan. Dan yang paling sedih, karena saking cepatnya membuat mereka tak sempat perpisahan. Tahu-tahu orang yang tersayang sudah tinggal nama di papan nisan.
Biaya mahal menjadi pasien covid
Uang memang tidak ada apa-apanya dibanding nyawa, tapi cukup banyak testimoni pasien Covid yang perlu merogoh harta cukup dalam. Jangankan belasan juta, bisa jadi puluhan hingga ratusan juta karena tak semua pasien bisa sembuh dalam 2 minggu. Ada juga yang membutuhkan perawatan super intensif saking berharganya sebuah nyawa. Asuransi apalagi tidak punya asuransi, intinya corona bisa menghabiskan biaya mahal dan administrasi yang cukup kompleks.
Jika sembuh pasien covid pun tubuh tak lagi sama
Beberapa mantan pasien Covid mengungkapkan kondisinya setelah hasil swabnya negatif, namun masih bisa merasakan penurunan kondisi pada dirinya. Misalnya menjadi lebih cepat lelah, pelupa, bahkan ada yang kembali positif setelah rentang 5-6 bulan. Itulah mengapa, kita sangat menganjurkan berada di rumah. Jika keluarpun wajib melakukan protokol kesehatan seketat mungkin.
BACA JUGA: 3 Alasan Keberadaan Vaksin Jangan Bikin Protokol Kesehatan Kendor sampai Tahun Depan
Beberapa hal di atas bukan untuk menakuti, melainkan agar kita punya kewaspadaan dan mempertimbangkan lagi keselamatan diri dan orang sekitar di masa pandemi. Corona masih ada dan nyata. Semoga selalu terlindungi dan sehat selalu ya.