TBC Adalah Penyakit Menular, Kenali Gejalanya
TBC adalah penyakit yang menyerang sistem pernafasan dan berasal dari bakteri Mycobacterium tuberculosis. Meski demikian termasuk jenis penyakit menular dan bisa menjalar pada area yang lainnya, bukan hanya paru-paru. Bagian yang rentan ini bisa jadi adalah organ lain, seperti ginjal hingga otak.
Di masa pandemi Covid-19, kita banyak belajar bahwasanya droplet dari orang yang sakit bisa menjadi sarana penularan virus. Hal ini pun serupa dengan TBC sebagai penyakit menular kedua setelah Covid-19 yang punya risiko kematian.
Meski demikian, harapan hidup pasien TBC masih sangat bisa diusahakan. Tentunya dengan tidak menunda penanganan dan pengobatan, karena penyakit ini membutuhkan setidaknya 6 bulan untuk bisa kembali pulih. Kita bahas lebih lanjut untuk bisa mengetahui tentang penyakit ini.
Penyebab TBC adalah bakteri dan penularan lewat droplet
Mycobacterium tuberculosis merupakan bakteri yang sering menyerang paru-paru dan menyebabkan terjadinya TBC. Tidak semua orang yang terkena bakteri ini akan sakit, namun dalam kondisi yang menurun dan penanganan yang tidak segera, dapat menyebabkan kondisi yang fatal.
Kriteria orang yang mudah terpapar TBC adalah mereka dengan kekebalan tubuh rendah. Selain itu, juga mereka yang merupakan perokok, terpapar asap rokok atau paru-parunya sering terpapar polutan, mengalami ketergantungan narkoba, asupan gizi tidak seimbang serta orang-orang yang memiliki HIV/AIDS.
Penularan TBC bisa melalui droplet orang yang mengidap, ketika batuk atau bersin. Oleh karena itu, penggunaan masker sangat penting bagi mereka yang interaksinya dekat dengan penderita penyakit ini. Indonesia termasuk 1 dari 5 negara yang memiliki kasus TBC tinggi.
Gejala penyakit yang sering muncul
TBC pada awalnya tidak menunjukkan gejala karena bakteri belum aktif. Apabila waktunya bakteri tersebut aktif, salah satu gejala yang muncul adalah batuk berdahak. Perhatikan apabila batuk berdahak ini menunjukkan warna seperti karatan atau beserta dengan darah. Batuk ini bisa bertahan hingga dua minggu lamanya atau lebih.
Bila kondisi tubuh semakin tidak kondusif, bakteri yang semakin berkembang dan menyerang bisa menyebabkan penurunan berat badan dan nafsu makan. Selain itu, bisa terjadi demam atau muncul keringat dingin di malam hari.
Kondisi infeksi yang telah menggerogoti paru, dapat menimbulkan sesak nafas dan nafas yang berbunyi. Seperti yang telah kita bahas di awal, TBC bisa menyerang bagian lain, seperti tulang atau otak. Apabila terasa ada keluhan lain seperti nyeri sendi dan tulang atau kondisi lain, sebaiknya segera memeriksakan lebih lanjut, sebab dapat menjadi sinyal bahwa bakteri sedang menyebar.
Penanganan penyakit
Pasien TBC memang sebaiknya memiliki ruang tersendiri untuk meminimalisir terjadinya penularan. Meski demikian sebenarnya tidak semua orang dengan kondisi ini perlu isolasi. Oleh sebab itu, bisa berkonsultasi dan meminta arahan medis mengenai urgensi untuk melakukan isolasi diri bila perawatan di rumah. Orang yang kontak erat untuk merawat, sebaiknya menggunakan masker saat menangani pasien.
Orang dengan TBC perlu mendapat support dari lingkungan sekitarnya. Misalnya mengingatkan untuk minum obat sesuai jadwal, memberikan semangat dan mendengarkan bila pasien berkeluh kesah. Orang yang mendampingi pun sebaiknya memiliki kapasitas yang telaten untuk merawat.
Penanganan secara medis sendiri tergantung dari bagaimana kondisi pasien saat datang ke rumah sakit. Beberapa membutuhkan observasi lebih lanjut bila dokter menengarai adanya indikasi TBC. Misalnya melakukan pengecekan dengan rontgen paru-paru, cek darah, serta pemeriksaan pada kondisi dahak.
Berikutnya dokter akan memberikan rekomendasi apakah penderita perlu menjalani perawatan di rumah atau rumah sakit. Perlu kita pahami dan memberikan pengertian kepada pasien bahwa pemulihan TBC perlu untuk presisi dan membutuhkan waktu yang panjang. Artinya sebaiknya konsisten dengan jam minum obat dan jadwal kontrol, serta perlu kesabaran untuk bisa sembuh kembali.
Penyakit TBC memang memiliki risiko, namun dengan dengan menelateni pengobatan dengan rutin dan seksama, probabilitas kesembuhannya masih sangat tinggi.
Mencegah terjadinya TBC adalah hal yang bijak
Kita semua tentunya ingin senantiasa bisa bernafas dengan lega dan dalam kondisi yang sehat. Akan lebih baik untuk mencegah daripada mengobati penyakit. Ada beberapa cara untuk bisa menjaga kesehatan paru-paru dan sistem pernafasan kita, serta kesehatan secara keseluruhan. Di antaranya adalah:
- Menghindari begadang, karena pada waktu tidur di malam hari adalah saat di mana seluruh organ tubuh melakukan rejuvenasi untuk tetap bisa berfungsi dengan optimal.
- Menghindari polutan dengan menggunakan masker di lokasi yang potensi berpolusi atau infeksius, sehingga bisa menjaga ketahanan paru-paru dan sistem pernafasan dari bakteri dan virus.
- Mencuci tangan. Meski protokol kesehatan ini banyak penerapannya saat pandemi Covid-19, sebenarnya sangat bermanfaat secara umum dan luas. Termasuk untuk pencegahan TBC dan hepatitis.
- Menjaga kesehatan dengan konsumsi makanan seimbang nutrisi. Kesehatan datang dari pencernaan, sehingga apa yang kita makan cukup menentukan kondisi tubuh secara keseluruhan.
- Olahraga baik di ruang terbuka maupun tertutup. Olahraga membantu mengaktifkan metabolisme dan membakar bahan energi di dalam tubuh. Sehingga imunitas lebih kuat. Olahraga di ruang terbuka juga sangat membantu menyeimbangkan kestabilan suasana hati dan mendapat asupan vitamin D karena terpapar sinar matahari.
- Mengelola stres, karena termasuk faktor yang bisa memicu terjadinya berbagai penyakit dan penurunan imunitas tubuh.
- Tidak merokok atau menghindari paparan asap rokok. Bagi perokok sendiri, mungkin hal ini agak sulit, apalagi cukup banyak yang berpikir bahwa paru-parunya masih baik-baik saja meski lama merokok.
Namun perlu kita pahami bahwa rokok memberikan dampak ke dua sisi, bila tidak ke diri sendiri, maka ke orang lain yang ada di sekitarnya. Maka sebaiknya lebih bijaksana untuk tidak merokok di tempat umum, mengurangi atau berhenti sama sekali untuk kesehatan bersama.
BACA JUGA: Batuk Berdarah, Kenali Penyebab dan Penanganannya
TBC merupakan penyakit menular dan memiliki risiko kematian yang tinggi. Semakin cepat penanganannya akan semakin baik. Dapat mencegah faktor risikonya, maka akan lebih baik. Mari senantiasa menjaga anugerah kesehatan yang kita dapatkan, sebab dengan tubuh yang sehat bisa lebih banyak melakukan aktivitas yang bermanfaat.