Spinal Cord Injury dan Bagaimana Cara Menanganinya
Salah satu keluhan fisik yang cukup banyak terjadi di usia dewasa adalah spinal cord injury. Kita juga mengenalnya sebagai cedera saraf tulang belakang.
Saraf tulang belakang adalah bagian yang sangat esensial, karena memiliki hubungan dengan otak. Ibaratnya, saraf ini adalah kabel yang menyalurkan instruksi dari otak, ke seluruh bagian tubuh untuk bergerak. Apabila terjadi masalah, bisa membuat penderitanya merasakan nyeri berkala atau hilang timbul. Selain saraf tulang belakang, juga bisa menyebabkan gangguan pada sumsum tulang belakang.
Namun kondisi ini juga masih sering kita abaikan, padahal cukup banyak terjadi pada usia 20-an tahun ke atas. Hal ini biasanya terjadi karena beragam faktor dan memiliki penanganan yang berbeda-beda untuk bisa sembuh. Agar lebih memahaminya, berikut ini adalah penjelasan seputar spinal cord injury.
Penyebab spinal cord injury
Menurut jenisnya, penyebab terjadinya cedera ini bisa karena pengalaman trauma dan non traumatis. Artinya, bisa jadi karena ada insiden yang menyebabkan cedera atau karena pengaruh dari kondisi badan dari dalam.
Atas perbedaan penyebab itu, penyebab cedera karena traumatis seperti pernah jatuh (baik itu kejadian lama atau baru) karena kecelakaan atau aktivitas biasa, bekas kondisi kekerasan, efek samping atau insiden saat olahraga tertentu (misalnya benturan saat bermain bola, salah posisi saat latihan beban dan sebagainya).
Sedangkan kondisi non traumatis biasanya adalah karena kondisi dalam tubuh itu sendiri. Seperti adanya kanker, masalah pada sumsum tulang belakang, kondisi bawaan lahir, radang pada persendian (akibat usia atau penyakit) dan sejenisnya. .
Mereka yang rawan mengalami spinal cord injury
Perempuan memang lebih rawan mengalami pengeroposan tulang. Akan tetapi, cedera saraf tulang belakang lebih rentan terjadi pada pria. Hal ini bisa terjadi karena faktor aktivitas yang kita lakukan.
Cedera di bagian saraf atau tulang belakang ini rentan terjadi pada pria dengan rentang usia dari 16-65 tahun. Kondisi khusus lainnya yang mengikuti adalah ketika memiliki riwayat permasalahan tulang dan sendi seperti arthritis maupun osteoporosis.
Faktor eksternal yang punya risiko mengalami cedera ini adalah mereka yang bekerja atau beraktivitas dengan level ekstrem. Seperti olahraga, mengangkat beban berat, sering mengalami guncangan saat berkendaraan dan sejenisnya. Sehingga memicu risiko gangguan pada saraf tulang belakang.
Gejala atau keluhan yang terasa pada cedera saraf tulang belakang
Penderita yang mengalami cedera ini bisa merasakan gejala yang berbeda, tergantung pada kondisi mereka. Ada yang alami gejala lokal atau sebagian dan ada juga yang bisa mengalami gejala menyeluruh.
Gejala lokal bisa berupa rasa nyeri, tersengat, rasa panas atau inflamasi, pegal, kram atau kaku pada area tertentu. Sedangkan gejala menyeluruh, bisa membuat penderita mengalami gangguan dalam hal sensorik dan motorik.
Apabila sampai mengalami kelumpuhan otot akibat cedera pada saraf di bagian leher, dapat menyebabkan gangguan lumpuh (tetraplegia) dan lemah otot (tetraparesis). Biasanya pada bagian tungkai dan lengan.
Sedangkan, bila cedera terjadi di bagian punggung bawah, gejala kelumpuhan terjadi pada setengah badan ke bawah (paraplegia). Kondisi lemah otot dalam hal ini disebut paraparesis.
Kondisi ikutan yang juga bisa menjadi efek samping dari gangguan motorik dan sensorik di atas adalah sakit kepala, gangguan nafas, kesulitan dalam buang air, rasa nyeri dan juga gangguan pada gairah seksual.
Penanganan tepat untuk spinal cord injury
Meski termasuk dalam golongan cedera, tentu saja penanganannya tidak sesederhana dengan menggunakan salep atau koyo. Pertama, perlu ada pemeriksaan yang laik untuk bisa memonitor dan memastikan kondisi yang kita alami. Di antaranya adalah dengan melakukan pemeriksaan dengan rontgen, CT Scan atau MRI.
Pertanyaan yang paling sering muncul adalah ‘apakah spinal cord injury bisa sembuh?’. Hal ini sebenarnya tergantung pada hasil pemeriksaan dan seberapa jauh treatment yang diperlukan untuk mengatasi permasalahan.
Beberapa cedera semacam ini bisa saja menggunakan traksi atau penyangga sebagai bantuan untuk proses penyembuhan. Namun, ada juga yang memerlukan langkah lebih lanjut seperti terapi dan pembedahan. Hindari melakukan pemijatan atau terapi di luar pengawasan dokter, agar tidak menimbulkan peradangan atau keparahan lebih lanjut,
Masa pemulihan cedera saraf tulang belakang
Cedera saraf dan tulang umumnya tidak sembuh dalam waktu yang relatif cepat layaknya terkilir. Apabila penyembuhannya membutuhkan penanganan yang khusus, pasien perlu melakukan terapi atau bahkan menggunakan alat bantu. Sebagian besar membutuhkan sekitar 1-1,5 tahun agar bisa pulih. Sementara, proses penyembuhan yang hitungannya lebih lama hingga bertahun-tahun, masih sangat sedikit datanya.
Meski demikian, apabila telah sembuh dari cedera ini, tetap perlu untuk menghindarkan area yang sakit dari benturan atau insiden yang memicu kekambuhan. Karena, dapat muncul kemungkinan sewaktu-waktu cedera kembali lagi.
Bila ingin menghindari atau mencegah kembalinya spinal cord injury, pastikan kita mengutamakan keamanan dalam melakukan berbagai aktivitas. Di antaranya berkendara, olahraga, melakukan aktivitas sehari-hari. dan lain sebagainya. Selain itu, jangan meremehkan adanya sinyal dari tubuh. Misalnya benjolan, rasa nyeri berkepanjangan, rasa terjepit dan sebagainya. Hal ini agar bisa memantau dan mencegah level keparahan yang lebih tinggi.
Sedangkan, bila kita dalam kondisi menangani seseorang yang mengalami cedera ini, perlu memperhatikan beberapa hal. Pertama, hindari sembarangan menggerakkan atau memindah, karena bisa berdampak pada kemungkinan cedera otot, saraf maupun sendi dan tulang. Kedua, segera minta bantuan pada tenaga medis berpengalaman. Terakhir, hindari mendahulukan pengobatan alternatif demi keselamatan dan kesembuhan pasien.
BACA JUGA: Patah Tulang Sebaiknya ke Dokter atau Cara Alternatif Dulu?
Kemampuan bergerak yang sehat adalah anugerah. Jaga selagi bisa, dan atasi permasalahannya dengan cara yang benar. Semoga sehat selalu ya.