Risiko Radang Usus Buntu pada Anak Muda, Gejala dan Pencegahannya
Fenomena radang usus buntu di kalangan generasi muda adalah hal yang lumrah, tetapi bagi individu tersebut menjadi masalah kesehatan yang cukup serius. Penyakit ini termasuk jenis infeksi yang terjadi karena bakteri dan dapat menyebabkan sakit perut yang parah, demam, dan muntah.
Kondisi ini seringnya menyerang orang yang lebih muda dari usia 30 tahun. Gejala yang paling umum meliputi nyeri perut berdenyut, nyeri punggung bawah, mual, muntah, dan demam. Seringnya hal ini terjadi karena pola hidup remaja dan dewasa awal yang masih berantakan dan kurang sehat.
Karena lebih rentan terhadap radang usus buntu, penting bagi mereka untuk memahami risiko dan cara mencegahnya. Pada bahasan ini kita akan memaparkan tentang penyakit tersebut dengan lebih komprehensif, agar terbangun kesadaran untuk mencegahnya dan tahu cara mengatasinya.
Definisi dan penyebab radang usus buntu
Radang usus buntu adalah kondisi kronis karena adanya inflamasi dari usus buntu. Yakni pada saluran berbentuk U yang menghubungkan usus kecil dengan usus besar. Gejala utamanya adalah nyeri abdomen yang parah.
Penyebab utama radang usus buntu adalah ketidakseimbangan mikroba usus. Mikroba usus adalah mikroorganisme yang hidup di usus, yang membantu dalam pencernaan dan mengatur sistem kekebalan tubuh. Ketika jumlah bakteri baik di usus terganggu, maka dapat menyebabkan infeksi. Kondisi ini berlanjut menjadi peradangan pada usus dan jika tidak ditangani dengan benar, bisa menimbulkan gejala penyakit tersebut.
Faktor lain yang dapat menyebabkan radang usus buntu adalah infeksi bakteri, seperti salmonella dan E. coli. Selain itu juga ada perilaku makan yang tidak sehat, seperti makanan yang mengandung banyak lemak dan gula dapat mengganggu mikrobiota usus.
Beberapa faktor lainnya yang dapat menyebabkan radang usus buntu adalah aktivitas fisik yang berlebihan, obesitas, pola makan yang tidak sehat dan gangguan sistem imun.
Mengapa penyakit ini sering muncul di bawah usia 30 tahun
Usus buntu biasanya terjadi pada usia sebelum 30 tahun. Hal ini menjadi logis dengan beberapa alasan, di antaranya adalah kebiasaan makan yang buruk, kurangnya aktivitas fisik, infeksi bakteri dan keturunan.
Kebiasaan makan yang buruk dapat menyebabkan penumpukan lemak di usus buntu dan membuatnya menjadi sempit, sehingga menyebabkan penyumbatan. Kurangnya aktivitas fisik dapat meningkatkan risiko usus buntu karena tidak adanya latihan yang membantu meningkatkan sirkulasi darah di sekitar usus dan mengurangi kemungkinan penumpukan lemak.
Infeksi bakteri juga dapat menyebabkan usus buntu, karena adanya bakteri yang menyebabkan peradangan dalam usus besar. Apalagi pada usia ini, biasanya masih senang mengeksplorasi makanan atau jajan sembarangan. Selain itu, faktor keturunan juga dapat memainkan peran dalam timbulnya usus buntu.
Ciri dan gejala
Gejala yang paling umum dari radang usus buntu adalah nyeri yang kuat di sekitar bagian bawah perut. Selain itu bisa timbul beberapa gejala di bawah ini:
- Nyeri di perut bagian kanan bawah yang berdenyut atau berdenyut.
- Mual dan muntah.
- Demam.
- Lemas.
- Perut kembung.
- Nyeri saat buang air besar atau buang air kecil.
- Perut membesar.
- Sensitivitas saat ditekan di perut bagian kanan bawah.
- Cairan di usus yang berlebih.
- Penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas.
Gejala radang usus buntu ini sebaiknya segera mendapat penanganan. Sebab bila terlambat dapat menyebabkan kebocoran usus yang menambah komplikasi gejala dan membahayakan kondisi pasien. Periksakan ke dokter untuk mendapatkan pemeriksaan dan penanganan yang benar.
Diagnosa kondisi
Jika tidak ditangani dengan segera, radang usus buntu dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti infeksi yang meluas di seluruh tubuh atau perforasi usus. Diagnosa radang usus buntu biasanya didasarkan pada anamnesis, pemeriksaan fisik, dan hasil pemeriksaan laboratorium atau imaging.
Pemeriksaan diagnostik umumnya menggunakan kultur darah, foto rontgen, ultrasonografi, dan komputer tomografi (CT). Pemeriksaan ini dapat mengungkapkan adanya abses atau perforasi usus buntu. Perawatan radang usus buntu, melibatkan pemberian antibiotik dan pembedahan untuk menghilangkan usus buntu dan menyembuhkan infeksi.
Penanganan radang usus buntu
Pengobatan dan penanganan radang usus buntu tergantung pada tingkat keparahan dan lokasi radang. Pengobatan umumnya meliputi pemberian antibiotik, pemberian cairan, dan pembedahan.
Jika dokter perlu melakukan pembedahan, prosedurnya adalah menghilangkan bagian usus buntu yang rusak. Ini mungkin termasuk reseksi usus buntu atau laparoskopi. Selain pembedahan, dokter mungkin meresepkan obat untuk mengurangi inflamasi dan rasa sakit.
Beberapa obat untuk menunjang penyembuhan umumnya adalah antibiotik, obat anti-inflamasi dan obat penghilang rasa sakit. Antibiotik kemungkinan perlu guna mengobati infeksi bakteri yang terjadi. Pemberiannya bisa secara oral atau melalui infus.
Kemungkinan ada saran medis tentang makanan yang bisa pasien konsumsi sehingga dapat membantu mengurangi rasa sakit dan membantu menormalkan fungsi usus. Makanan yang dianjurkan untuk orang yang menderita radang usus buntu adalah makanan rendah lemak, rendah protein hewani, mudah dicerna dan kaya serat.
Mereka yang menderita radang usus buntu juga harus meminimalkan aktivitas fisik mereka dan menghindari berat badan berlebihan. Ini akan membantu mengurangi rasa sakit dan membantu proses penyembuhan.
Cara mencegah radang usus buntu
Kabar baiknya, penyakit ini termasuk jenis yang bisa kita cegah. Selama bisa mengendalikan diri dan mengelola gaya hidup dengan baik, masalah pencernaan satu ini tidak akan menyerang. Ada beberapa kiat dan usaha yang bisa kita lakukan seperti di bawah ini:
- Menjaga pola makan yang sehat dengan mengonsumsi makanan yang kaya akan serat dan menghindari kebiasaan makan yang berlebihan.
- Pastikan makanan bersih dan sebaiknya hindari asupan MSG berlebih. Batasi junk food atau street food yang minim kandungan gizi
- Berolahraga secara teratur dapat membantu mengelola berat badan dan juga menjaga kesehatan secara keseluruhan
- Menjaga kebersihan secara umum, seperti mencuci tangan, memilih tempat makan yang bersih saat makan di luar, memilih bahan makanan yang baik dan membersihkan sebelum penggunaan.
- Hindari stres yang dapat meningkatkan risiko terkena radang usus buntu. Usahakan untuk menemukan cara merilis stres seperti meditasi, yoga, senam, atau jalan-jalan di alam terbuka.
BACA JUGA: Kenali Gejala Usus Buntu Sebelum Jadi Parah
Radang usus buntu merupakan gangguan kesehatan yang memang banyak terjadi, tetapi sebaiknya tidak menjadi hal yang kita wajarkan. Sebisa mungkin lakukan pencegahan dan menjaga kesehatan, sebab akan lebih nikmat menjalani hidup ini dengan tubuh yang bugar.