Kenali 5 Gejala Covid Omicron pada Anak dan Batuk Croup


Meski sempat melandai dan ‘bernafas’, kita menyambut gelombang baru dan waspada akan gejala Covid Omicron pada anak. Ya, sebab belakangan cukup santer cluster dari sekolah dan liburan akhir tahun. 

Pandemi memang belum berakhir, tapi begitu pula usaha untuk memeranginya. Pemerintah masih menggiatkan vaksinasi, protokol kesehatan dan kebijakan-kebijakan yang mencegah wabah ini kembali tidak terkontrol. 

Salah satu golongan yang saat ini rentan terpapar adalah anak-anak. Sebab PTM atau pembelajaran tatap muka telah berlaku kembali. Akan tetapi, Mendikbud juga dengan cepat mengevaluasi aturan ini dan mempersilakan PTM tidak 100%, serta orang tua berhak untuk tidak mengizinkan anak-anak ke sekolah apabila tidak kondusif. 

Kasus Omicron di sekolah juga sudah beberapa kali terdapat laporannya. Selain anak-anak, usia remaja, para guru dan staf pun tak lepas dari dampak Omicron ini. Lantas, seperti apakah gejala Covid Omicron pada anak saat ini? 

Gejala Covid Omicron pada anak berupa batuk parau

[Sumber gambar]
Kita sudah mendapatkan informasi dari pemerintah melalui Kemenkes, bahwa Omicron akan seperti flu biasa. Meski demikian tidak bisa kita remehkan, karena untuk beberapa golongan bisa menjadi gejala serius dan perlu perawatan medis. Golongan tersebut adalah anak-anak dan balita, ibu hamil, lansia dan komorbid. 

Gejala yang khas pada anak adalah batuk parau. Melansir dari CNN, dokter spesialis anak, Ashley Keilman, menuturkan bahwa ada peradangan yang terjadi pada saluran nafas bagian atas. Hal ini bisa membuat anak-anak sulit bernafas. Ada kalanya batuk terdengar keras dan seperti menggema di dalam, karena ada peradangan pada kotak suara dan saluran bronkial. 

Kenali ciri batuk Croup

Melanjutkan dari poin sebelumnya, para orang tua sebaiknya memperhatikan gejala batuk pada anak. Apabila batuk mulai terdengar seperti menggema di dalam atau menggonggong, ada kemungkinan terjadi batuk croup. 

Kondisi ini merupakan penyakit pada saluran nafas yang sering menghampiri anak usia 3-5 tahun atau 13 tahun ke bawah. Penyebabnya adalah karena virus. Ashley Keilman mempelajari studi Covid-19 pada anak-anak ini dan menemukan adanya potensi croup pada mereka bila terpapar virus Covid. Meski tidak semua pasien anak-anak mengalami hal ini, tapi gejala ini menurut Keilman bisa membuat anak-anak perlu mendapatkan perawatan di ICU. Oleh karena itu, segerakan konsultasi dengan medis dan swab tes untuk memastikan. bila melihat gejala di atas. 

Gejala Covid Omicron pada anak yang mirip flu

[Sumber gambar]
Selain gejala khas di atas, terdapat beberapa gejala yang umum seperti flu pada umumnya. Beberapa gejala tersebut di antaranya adalah: 

  • demam yang bisa terjadi karena adanya reaksi tubuh memerangi virus atau sebagai dampak dari peradangan di tenggorokan maupun saluran nafas lainnya. Pastikan kita memiliki termometer pengukur suhu badan untuk bisa memantau keadaan anak setiap saat. Apabila terjadi peningkatan yang signifikan, segera hubungi medis dan merujuk ke rumah sakit bila perlu. 
  • batuk dan radang tenggorokan. Selain kondisi batuk parau dan croup, pada beberapa anak bisa jadi mengalami kondisi batuk umum yang penyebabnya adalah karena ada radang tenggorokan. Anak kemungkinan akan merasa sakit atau seperti ada yang mengganjal saat menelan. 
  • pilek atau flu. Sebagaimana influenza pada umumnya, gejala yang paling sering muncul adalah hidung berair, hidung tersumbat, bersin-bersin dan di beberapa kondisi dapat menyebabkan nafas tidak lega. 
  • Nyeri otot dan kelelahan. Tubuh merasa lelah karena adanya ngilu di persendian. Badan terasa pegal-pegal. 
  • Gejala tambahan bisa muncul ruam kemerahan pada kulit. 

Beberapa simtom di atas merupakan kondisi saat anak mulai terpapar Omicron. Mekanisme tubuh dalam melawan virus terlihat dengan adanya gejala di atas. Beberapa bisa lekas sembuh, namun sebagian lagi bisa jadi membutuhkan waktu lebih lama atau perawatan lebih intensif. 

Swab test untuk memastikan kondisi

Infografis Tentang Omicron Indonesia - GSI

Karena gejalanya yang mirip flu biasa dan warga belum sepenuhnya terbiasa dengan deteksi virus Corona, maka bila mendapati gejala ini, jangan ragu untuk melakukan swab test. Manfaat swab test bukan hanya untuk mengetahui gejala positif pada satu penderita, tapi juga bisa melakukan tracing pada kontak erat atau orang-orang yang sempat kontak dengan penderita secara tak langsung. 

Pilih laboratorium tes swab yang terhubung dengan sistem NAR Kemenkes untuk mendapatkan fasilitas telemedicine dan obat gratis apabila sudah tersedia di daerah kita. Hal ini sebagai kontribusi dan upaya pemerintah dalam meringankan lonjakan pandemi yang tengah dialami masyarakat. 

GSI Lab merupakan lokasi swab test yang juga menyediakan program swab berbagi. Kita bisa mencari bantuan untuk layanan PCR gratis, atau jadi bagian yang berkontribusi untuk meringankan beban sesama mendapatkan layanan swab. 

Pertolongan pertama gejala Covid Omicron pada anak

[Sumber gambar]
Kemenkes mengimbau warga agar tetap tenang dalam menghadapi gelombang Covid Omicron. Selain melakukan swab dan menghubungi telemedicine apapun yang kita miliki, beberapa hal yang bisa kita lakukan di rumah di antaranya adalah: 

  • Selalu menyiapkan termometer dan oksimeter, sambil memantau kondisi tiap anggota keluarga. 
  • Untuk anak dengan penyakit bawaan, lakukan komunikasi intensif dengan tenaga medis
  • Menggunakan essential oil atau pelega pernafasan seperti eukaliptus (atau minyak kayu putih), peppermint bisa juga menggunakan diffuser untuk flu. 
  • Menyediakan kompresan hangat atau dingin untuk membuat anak atau anggota keluarga lain lebih nyaman atas demam dan nyeri sendi yang muncul. 
  • Memastikan makan teratur dan teksturnya lebih lembut untuk pasien, karena kemungkinan sakit untuk menelan. 
  • Menyediakan minuman lemon madu hangat atau herbal seperti jahe hangat. 
  • Saling menjaga kondisi psikis satu sama lain, baik yang merawat maupun pasien. Karena ketenangan adalah separuh obat dan kesabaran adalah awal kesembuhan. 

Berikutnya, apabila ternyata positif, ikuti panduan dari tenaga medis terkait. Apabila bisa melakukan isolasi mandiri, pastikan rumah kita dan kondisi pasien memenuhi persyaratan isoman. Namun apabila ada anjuran untuk karantina di rumah sakit atau lokasi terpadu, ikuti anjuran dan konsultasikan pendampingan bagi si buah hati. 

BACA JUGA: Jangan Panik, Ini Cara Lakukan Isolasi Mandiri untuk Anak

Meski memiliki gejala yang cenderung ringan, namun sakit tetaplah bukan hal yang bisa kita remehkan. Imunitas masing-masing individu tidak sama, oleh karena itu jangan abai pada protokol kesehatan. Kurangi bepergian bila tidak perlu,jauhi kerumunan, gunakan masker dan efektif dalam mencuci tangan.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *