Kasus Omicron BA.2 di Indonesia, Akankah Disusul BA.3?
Belum selesai menanggulangi gelombang ketiga, kita sudah mulai mendengar Omicron BA.2 dan BA.3. Keduanya merupakan sub varian terbaru dari Omicron. Kurang enaknya, Omicron BA.2 sudah ada di Indonesia dan menjangkiti ratusan orang sejak awal tahun 2022.
Siti Nadiah Tarmizi memaparkan pada Februari bahwa kasus ini mencapai 250-an orang. Namun di bulan Maret, laporannya kembali meningkat jadi 480-an orang. Di satu sisi, hal ini tidak mengejutkan, karena karakter Omicron yang punya level penularan sangat cepat.
Di sisi lain, meski keparahannya lebih ringan, tapi tingginya lonjakan kasus ini tetap mengkhawatirkan. Hal ini yang membuat kita tak bisa meremehkan keberadaan Omicron. Dalam artian, tetap lakukan protokol kesehatan dengan sebaik-baiknya dengan menggunakan masker dan cuci tangan, batasi keluar rumah dan menjaga kondisi tubuh selalu fit.
Mari kita bahas mengenai BA.2 dan BA.3 sebagai bagian dari antisipasi terhadap paparannya.
Omicron BA.2 tak jauh berbeda dengan BA.1
Melansir dari beberapa sumber dan hasil penelitian para ahli, tidak banyak perbedaan antara BA.2 dan BA.1. Tapi karena Omicron ini sangat terkenal akan kecepatan penularannya, hampir setiap temuan sub variannya semakin cepat menular.
Melihat pernyataan dari Siti Nadiah Tarmizi mengenai penambahan jumlah kasus positif tersebut, merupakan fakta di lapangan tentang daya infeksi varian tersebut. Sedangkan mengenali gejala khas keduanya, adalah bahwa Omicron ini memang seperti flu, tapi lebih membandel. Beberapa orang juga bisa mengalami gejala yang lebih ringan atau lebih berat. Terutama bagi mereka yang memiliki komorbid atau belum mendapatkan vaksin.
BA.3 yang katanya cucu dari Omicron
Saat ini peneliti sudah menemukan laporan kasus mengenai BA.3 yang merupakan sub varian BA.1. Tidak beda jauh dengan pendahulunya, kasus pertama berada di Afrika Selatan. Studi penelitian pada Januari 2022 menemukan bahwa mutasi ini menyebar dengan kecepatan sangat rendah. Karakter yang bertolak belakang dari kedua pendahulunya.
Karena kecepatan rendah ini, jumlah mutasinya juga jauh lebih sedikit. Kabar ini bisa sedikit melegakan di tengah gempuran gelombang ketiga yang tidak kalah ‘merepotkan’ karena penularannya yang sangat masif.
Omicron BA.2 dan gejala spesifik di organ lain
Meski memiliki gejala umum yang tidak jauh berbeda (umumnya flu, sakit tenggorokan, batuk, demam dan nyeri otot), namun belakangan ini sebuah riset menemukan dampak lain pada organ tubuh selain pernafasan. BA.2 atau Son of Omicron ini bisa mempengaruhi organ jantung dan membuatnya berdetak lebih cepat. Apabila hal ini terjadi, kemungkinan karena adanya peradangan di bagian organ tersebut.
British Heart Foundation juga mendapat laporan bahwa beberapa orang bisa mengalami kondisi debaran jantung tak biasa ini, meski mereka sudah sembuh dari Covid-19 varian Omicron. Potensi seperti inilah yang membuat WHO beserta para peneliti tetap mengingatkan masyarakat dunia untuk selalu hati-hati.
Pentingnya protokol kesehatan sebagai proteksi utama
Masih banyak orang yang meremehkan adanya virus ini, bahkan sejak hari pertama hingga hari ini. Sehingga cenderung ikut meremehkan protokol kesehatan yang paling mudah, yaitu menggunakan masker. Padahal proteksi sederhana ini paling banyak bisa menangkal terjadinya penularan.
Masker adalah perlindungan yang tak mengenal golongan. Baik kita adalah orang yang sudah vaksin, maupun kategori tak bisa vaksin karena kondisi bawaan dari badan (komorbid). Perlindungan pertama yang perlu kita lakukan adalah pada mulut dan hidung. Karena dari kedua saluran inilah virus paling mudah masuk. Bila perlu, gunakan masker bersama face shield untuk melindungi seluruh bagian wajah (biasanya di kawasan sangat infeksius).
Berikutnya adalah tangan, sebagai pembawa berbagai bakteri dan virus karena sering menyentuh permukaan. Kita tidak tahu riwayat gagang pintu angkutan umum, pegangan keranjang di minimarket atau supermarket, atau meja dan kursi di restoran yang kita kunjungi.
Karenanya, penting untuk selalu mencuci tangan atau menggunakan hand sanitizer sebelum menyentuh makanan, melepas masker atau menyentuh wajah, hidung dan mulut.
Sejak awal kemunculan pandemi, virus ini mudah sekali menyebar lewat beberapa jalur tersebut. Ketidakdisiplinan menggunakan masker dan kurang awas pada apa yang kita sentuh, sering menjadi media penyebaran virus. Di samping itu, masih banyak juga yang sering abai terhadap kerumunan atau acara kumpul-kumpul. Padahal, virus ini juga sangat berpotensi tersebar secara airborne.
Vaksin primer sampai booster dapat cegah Omicron
Keberadaan vaksin saat ini sudah mencapai level booster. Dosis ketiga ini bisa mencegah keparahan infeksi virus, meski karakter Omicron sendiri disebut mirip seperti flu. Tapi, dampaknya pada satu orang dengan lainnya adalah bervariasi. Terutama bagi mereka yang memiliki penyakit bawaan atau kekebalannya belum terlatih akan virus Covid-19 (belum pernah terpapar dan belum vaksin).
Ahli kesehatan yang meneliti virus Omicron serta WHO, menganjurkan dosis booster untuk memperkuat pertahanan dari varian di gelombang ketiga ini. Sebab dua dosis saja tidak cukup, karena Omicron termasuk mutasi baru yang sulit terdeteksi. Dosis lengkap memang masih bisa berpotensi terpapar, tapi dengan gejala yang lebih ringan atau pemulihan yang lebih cepat.
Memastikan gejala yang tiba-tiba muncul pada diri kita di musim pandemi ini sangat penting. Supaya bisa menghindari tular menular antar kita dengan orang terdekat yang kontak erat. Pastikan kita melakukan antigen atau swab test di lembaga yang terpercaya.
BACA JUGA: Mengenal Lebih Jauh Son of Omicron, Begini Fakta-Faktanya
GSI Lab dapat Anda jumpai di Jabodetabek dan Bali. selalu siap melayani kebutuhan antigen serta swab PCR. Ada program Swab and Save juga yang memudahkan calon konsumen yang kesulitan biaya dalam mendapatkan swab PCR.
Program ini banyak mendapat dukungan dari orang baik dan konsumen GSI yang berdonasi di link berikut. Bila ingin menjadi bagian dari gerakan baik ini, jangan tunda. Karena kebaikan kita adalah harapan sehat mereka semua. Mari sama-sama sehat dan pulih dari pandemi ini.