Hipospadia adalah Kelainan, Ini Hubungannya dengan Ambiguitas Kelamin


Sejak nama Aprilio Manganang, banyak yang mulai paham hipospadia adalah kelainan pada saluran kemih. Hal ini membuat pemain voli yang kini menjadi prajurit TNI tersebut sempat mengalami krisis dengan identitas gendernya.

Hipospadia memang merupakan kondisi yang biasanya terjadi sebagai bawaan lahir. Lubang kencing laki-laki berada pada posisi yang tidak normal, yakni di bawah penis. Sehingga untuk kasus Aprilio Manganang yang sebelumnya adalah Aprilia Manganang, dirinya sempat memiliki jenis kelamin perempuan.

Kelainan ini perlu menjadi pengetahuan bagi kita semua, terutama bagi calon orang tua dalam merencanakan program kehamilan. Sebab ada beberapa faktor risiko yang berkaitan dengan orang tuanya. Berikut ini penjelasan lengkap tentang hipospadia.

Hipospadia adalah kelainan bawaan lahir

Kelainan pada uretra ini terjadi karena perkembangan janin saat masih dalam kandungan terganggu atau tidak optimal. Oleh karena itu, penyakit ini merupakan kelainan yang terjadi karena bawaan dari lahir. Faktor kondisi orang tua dan selama masa kehamilan sangat menentukan.

Hipospadia dapat menyulitkan orang tersebut untuk buang air kecil atau ketika berhubungan intim dengan pasangan saat sudah dewasa. Oleh karena itu, apabila sudah bisa menengarai adanya kelainan ini, sebaiknya segera periksakan agar mendapat penanganan yang tepat.

Faktor risiko dan penyebab

Kelainan pada bayi tidak lepas dari faktor risiko dan kondisi selama dalam kandungan. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan hipospadia terjadi. Berikut ini di antaranya:

  • Wanita yang mengandung pada usia di atas 35 tahun.
  • Saat kehamilan dalam kondisi gula darah tinggi atau memiliki diabetes
  • Dalam kondisi obesitas atau kelebihan berat badan
  • Sering kontak dengan polutan seperti asap rokok, maupun zat keras seperti pestisida.
  • Melakukan program kehamilan melalui terapi hormon.
  • Terdapat riwayat keluarga yang mengalami kelainan ini.
  • Bayi lahir prematur atau belum sesuai dengan jadwal lahirnya.

Hipospadia adalah kelainan yang mengganggu kelangsungan hidup

Seperti yang kita ketahui dari profil kesehatan Aprilio Manganang, kondisi krisis identitas gender ini cukup menjadi masalah. Sebab membuat dirinya menjadi spekulasi saat bermain dengan tim perempuan atau banyak yang meragukan dirinya sebagai wanita.

Hipospadia memang dapat mengganggu keberlangsungan hidup sehari-hari. Misalnya jadi kesulitan untuk buang air kecil, karena harus jongkok untuk bisa buang air kecil. Kondisi tersebut akan terlihat saat anak mulai belajar kencing sendiri.

Selain itu, di masa mendatang dapat membuat penderitanya mengalami kesulitan melakukan ereksi maupun ejakulasi. Tentunya hal ini dapat menjadi masalah dalam keharmonisan rumah tangga.

Penanganan tergantung letak posisi uretra

Hipospadia memang sebaiknya segera mendapatkan penanganan khusus. Pada kasus di mana posisi uretra jauh dari semestinya, maka tindakan yang perlu dilakukan adalah melakukan operasi. Dengan tujuan untuk memperbaiki posisi lubang kencing dan posisi penis yang melengkung. Apabila penis tidak melengkung dan posisi uretra tidak jauh dari sebagaimana mestinya, kemungkinan dokter tidak perlu melakukan operasi.

Sebaiknya berkonsultasi dengan dokter untuk tindakan lebih lanjut, sebab berbeda kondisi kemungkinan akan berbeda juga tindakannya. Beberapa kasus bisa memerlukan lebih dari satu kali operasi, tergantung permasalahan dan rekonstruksi yang dibutuhkan. Misalnya memperbaiki poros alat kelaminnya, atau membangun saluran kencing.

Setelah operasi, kelengkungan tadi bisa menjadi lebih normal. Namun biasanya tetap perlu melakukan kontrol secara rutin untuk bisa memantau perkembangannya. Pada kasus anak dengan hipospadia, sebaiknya tidak terburu-buru melakukan khitan, karena ada bagian yang akan berguna ketika operasi.

Operasi untuk hipospadia sebenarnya kerap berlangsung di usia 6-12 bulan. Tapi, prosedur ini tetap berlaku bila pasien berusia anak-anak atau sudah dewasa.

Mencegah hipospadia

Dari penjelasan di atas, kita dapat memahami bahwa kesehatan ayah dan ibu sebelum program hamil, serta sepanjang masa kehamilan adalah fase yang cukup penting. Sangat perlu menjaga kesehatan dan kondisi fisik untuk tetap prima, karena sangat berdampak pada tumbuh kembang janin.

Ada beberapa cara untuk bisa mencegah kelainan ini terjadi pada anak. Di antaranya adalah berikut ini:

  • Tidak merokok dan menghindari paparan rokok. Selain itu juga sebaiknya tidak mengonsumsi minuman beralkohol.
  • Menghindari aktivitas yang berhubungan dengan zat berbahaya, misalnya pestisida.
  • Memperhatikan penggunaan produk sehari-hari agar tidak membahayakan perkembangan janin.
  • Menjaga diri agar tidak mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.
  • Batasi konsumsi makanan yang manis atau mengandung pemanis. Bisa kita ganti dengan makanan yang manis alami.
  • Mengonsumsi nutrisi yang baik bagi tumbuh kembang janin. Misalnya makanan yang mengandung asam folat. Namun sebaiknya tetap imbangi dengan nutrisi lainnya (tidak sentris pada satu zat gizi tertentu saja).
  • Melakukan kontrol secara rutin ke dokter untuk bisa membantu perkembangan buah hati.

Ibu hamil perlu menjaga kesehatan selama mengandung. Hal ini juga perlu mendapatkan dukungan dari suami serta lingkungan terdekatnya. Hal tersebut dapat membantu mencegah terjadinya kelainan pada kandungan dan janin, serta mencegah lahir prematur atau mengalami cacat.

Bagi pasangan suami istri yang sedang berencana memiliki anak dan melakukan program hamil, memang perlu mengetahui hal-hal di samping kebiasaan hidup yang berdampak pada kehamilan. Salah satunya adalah merokok, kebiasaan makan atau kemungkinan paparan zat berbahaya.

BACA JUGA: Penting untuk Diketahui Para Wanita, Begini Ciri Kista Ovarium dan Gejalanya

Selain itu, mempertimbangkan kehamilan pada usia di atas 35 tahun. Masih sangat mungkin untuk bisa hamil pada usia tersebut. Tentunya dengan tetap berkonsultasi dengan dokter kandungan agar mendapatkan saran dan arahan agar tetap sehat bagi ibu dan anak.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *