Tentang Gagal Ginjal Akut dan Cara Pencegahannya


Munculnya banyak kasus gagal ginjal akut belakangan ini semakin menambah keresahan masyarakat. Masih belum lepas sepenuhnya dari pandemi Covid 19 dan kabar tentang kemunculan varian baru. Kini peredaran paracetamol banyak yang harus tarik edar karena ada dugaan kandungan tertentu di atas dosis yang berlaku.

Hal ini kemudian menjadi dugaan salah satu pemicu banyaknya kasus gagal ginjal akut misterius belakangan ini pada usia balita hingga anak dan remaja. Kasus gagal ginjal akut progresif atipikal atau GGAPA ini per 23 Oktober 2022 sudah mencapai 245 orang dengan tingkat kematian mencapai separuhnya.

Saat ini pemerintah melalui Kemenkes dan dinas terkait, tengah berusaha menginvestigasi dan mengatasi permasalahan tersebut. Salah satunya dengan menarik edar dan mengawasi dengan lebih ketat produksi obat-obatan jenis penurun panas atau paracetamol.

Di sisi lain, hal ini juga membuat para dokter untuk berhati-hati dalam memberikan resep. Bahkan mungkin beberapa di antara kita saat ini sudah merasakan dampaknya yang agak kesulitan mendapatkan obat-obatan untuk anak.

Pada artikel ini kita akan membahas dengan lengkap mengenali penyebab, dan gejala gagal ginjal akut yang saat ini sedang merebak. Serta bagaimana cara untuk bisa menjadi langkah preventif agar terhindar dari gangguan kesehatan.

Penyebab munculnya gagal ginjal akut

ilustrasi penyebab munculnya gagal ginjal akut
Sumber gambar

Gagal ginjal akut sebenarnya merupakan jenis penyakit berat yang bisa menimpa seseorang karena beberapa faktor. Seperti konsumsi obat tertentu, makanan tertentu yang kadarnya berlebihan, infeksi bakteri hingga peradangan glomerulus.

Hanya saja dalam kasus ini, kategorinya adalah gagal ginjal akut progresif atipikal atau GGAPA. Setelah melakukan pelacakan dan penelitian, melonjaknya kasus gagal ginjal akut pada balita hingga remaja ini kemungkinan adalah kaitan dengan kandungan bahan kimia berbahaya Etilen Glikol (EG), Dietilen Glikol (DEG), dan Etilen Glikol Butil Eter (EGBE) pada obat sirup penurun panas.

Memasuki bulan pancaroba beberapa waktu lalu dan musim penghujan belakangan ini memang menyebabkan balita hingga remaja yang ketahanan tubuhnya belum sempurna atau sedang menurun, mudah terserang penyakit. Dalam hal ini, kemungkinan terjadi penggunaan obat-obat tersebut di masyarakat yang ternyata menyebabkan munculnya gejala gagal ginjal akut dalam beberapa pekan terakhir.

Meski demikian, sebenarnya hingga saat ini masih perlu penelitian, sebab dari sebagian besar pasien yang mengalami gagal ginjal tersebut belum sepenuhnya berkaitan dengan kandungan obat tadi.

Mengapa obat ini bisa lolos dan beredar di masyarakat?

Sebelum meninjau tentang gejalanya, tentu sebagai konsumen banyak yang bertanya mengapa hal seperti ini bisa sampai terjadi? Penny K. Lukito yang menjadi kepala BPOM menjelaskan bahwa meski mereka menjadi Badan Pengawas Obat dan Makanan, akan tetapi kendali kontrol atas bahan-bahan dalam obat tersebut ternyata sudah menjadi tanggung jawab produsen masing-masing. Hal ini karena berkaitan dengan hak edar yang produsen miliki.

Meski demikian, kejadian ini membuat pihak BPOM berjanji akan meningkatkan pengawasan pada makanan dan obat-obatan agar tidak lagi kecolongan. Selama ini memang pengawasan tentang kadar pencemar dalam obat-obatan masih belum masuk standar pengawasan maupun peracikan obat tersebut.

Ciri-ciri gejala gagal ginjal akut pada anak

ilustrasi anak kecil sakit perut
Sumber gambar

Selagi kasus ini berjalan, IDAI memberikan beberapa penjelasan mengenai saran pengobatan serta gejala yang muncul pada anak-anak dengan gejala gagal ginjal akut progresif atipikal. Berikut ini adalah kondisi yang sering muncul:

  • Mengalami gangguan pencernaan atau diare
  • Ada keluhan mual dan muntah
  • Mulai muncul demam selama 3-5 hari (sebaiknya segera periksakan ketika anak demam dalam 24 -48 jam pertama
  • Air kencing sedikit keluarnya atau susah buang air kecil (bila ini terjadi, segera bawa ke faskes terdekat)
  • Ada perubahan pada warna urine menjadi lebih pekat

Bila terjadi peningkatan gejala, hal ini bisa membuat keluhan meningkat ke batuk dan pilek. Kondisi ini kemungkinan muncul ketika cairan mulai masuk ke sistem saluran nafas akibat tidak bisa keluar saat buang air kecil. Untuk itu, bila anak-anak mengalami gangguan sistem cerna di awal, sebaiknya melakukan pemeriksaan ke dokter untuk diagnosa yang lebih dini.

Imbauan IDAI terkait sehubungan maraknya GGAPA misterius

Sejak peningkatan kasus GGAPA ini, serta kebijakan Kemenkes yang menarik peredaran obat seperti paracetamol dan beberapa jenis obat sirup lainnya, IDAI memahami kebingungan masyarakat dan tenaga kesehatan untuk memberikan resep atau obat. Berikut ini adalah beberapa poin imbauan yang bisa menjadi perhatian kita:

  1. Para nakes sementara menghentikan pemberian resep obat sirup yang tersinyalir mengandung bahan cemaran berbahaya sesuai temuan Kemenkes dan BPOM
  2. Apabila membutuhkan obat sirup jenis tertentu yang tidak ada gantinya, bisa berkonsultasi dengan dokter spesialis dan konsultan anak.
  3. Apabila membutuhkan, nakes bisa meresepkan obat pengganti yang tidak masuk dalam daftar dugaan obat terkontaminasi maupun penggunaan jenis lain seperti suppositoria. Selain itu bisa juga mengganti dengan obat puyer dalam bentuk monoterapi.
  4. Peresepan obat puyer monoterapi pemberiannya oleh dokter hanya boleh dengan memperhatikan dosis berdasarkan berat badan, kebersihan pembuatan, dan tata cara pemberian.
  5. Tenaga kesehatan dihimbau untuk melakukan pemantauan secara ketat terhadap tanda awal GgGAPA baik di rawat inap maupun di rawat jalan.
  6. Rumah sakit meningkatkan kewaspadaan deteksi dini GgGAPA dan secara kolaboratif mempersiapkan penanganan kasus GgGAPA.

Dengan demikian, bisa membantu memberikan langkah dan pertolongan sesigap mungkin ketika anak sedang demam atau menunjukkan gejala sakit seperti flu di musim penghujan ini. Selagi demikian, mengompres anak bisa menjadi alternatif ringan membantu menurunkan demam anak sembari menunggu waktu ke dokter.

Tindakan preventif dari berbagai jenis penyakit

ilustrasi anak kecil sehat
Sumber gambar

Sekali lagi, meski obat sirup saat ini menjadi dugaan salah satu faktor penyebab GgGAPA, tapi belum ada kepastian. Bagaimanapun masyarakat sebaiknya menjaga kesehatan diri dan seluruh anggota keluarga, terutama anak remaja hingga balita dalam kondisi sekarang ini. Ada beberapa langkah preventif yang bisa kita lakukan seperti berikut:

  1. Sementara batasi kegiatan membawa anak ke lokasi yang berisiko. Misalnya lokasi infeksius, lokasi kerumunan, tempat bermain bersama (kolam renang, mandi bola, dan sejenisnya).
  2. Hindari kegiatan outdoor menjelang waktu hujan.
  3. Menjaga kebersihan dan mengedukasi anak terkait hal tersebut. Misalnya mengajari cuci tangan dan sebagainya.
  4. Kembali menerapkan protokol kesehatan dengan menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan.
  5. Mengonsumsi makanan bergizi, terutama buah, sayuran dan air putih yang cukup. Hindari konsumsi makanan dengan gula atau garam yang terlalu tinggi.
  6. Konsumsi madu atau herbal yang baik untuk menjaga kesehatan, seperti jahe, kunyit, sereh dan sejenisnya.

BACA JUGA: Gejala dan Cara Mengatasi Gagal Ginjal Kronis

Mengingat kita sudah memasuki musim penghujan dan penggunaan obat saat ini mengalami keterbatasan, sebaiknya menjaga kesehatan seluruh anggota keluarga agar senantiasa sehat selalu. Hal ini menjadi langkah preventif selagi investigasi mengenai penyakit misterius ini masih berjalan. Selain itu juga bisa mencegah risiko paparan covid varian baru.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *