Dokter Psikolog atau Psikiatri? Ini Perbedaannya
Makin maraknya kasus kesehatan mental, dokter psikolog dan psikiatri semakin tinggi kebutuhan dan permintaan jasanya. Kondisi ini masih berkaitan dengan gaya hidup masyarakat masa kini.
Era digital membuat banyak hal semakin mudah dan terbuka. Namun, tak serta merta membuat keadaan mental kita membaik, sebaliknya malah bisa menimbulkan tekanan, kecemasan dan potensi masalah psikologis lainnya. Masalah psikis ini bukan hanya menyerang mereka yang melek digital, namun bisa terkena pada anak-anak atau lansia.
Beda permasalahan sebenarnya berbeda pula solusinya. Termasuk dalam penanganan masalah psikologis, ada yang membutuhkan bantuan psikolog dan ada pula yang sebaiknya menghubungi psikiater. Apa sih perbedaan keduanya?
Memahami maksud dokter psikolog

Profesi sebagai psikolog biasanya mendalami ilmu psikologi dan menerapkan ilmu tersebut untuk membantu menangani permasalahan yang berhubungan dengan kondisi kejiwaan dan perilaku seseorang. Untuk mengenali identitas mereka, biasanya terdapat gelar M. Psi pada nama psikolog tersebut.
Berbeda dengan psikiater, psikolog berfokus pada penanganan yang mengendalikan permasalahan dari sisi non medis, yakni tanpa menggunakan obat-obatan.
Karenanya, psikolog menggunakan metode psikoterapi atau melalui tes psikologi.
Definisi profesi psikiater
Psikiater adalah mereka yang menempuh ilmu kedokteran dan mengambil spesialisasi kejiwaan. Untuk mengenali identitas profesinya, mereka memiliki kelar dokter dan Sp. KJ. Secara umum, psikiater juga membantu pasien mengelola permasalahan kejiwaan yang mereka hadapi.
Hanya saja, psikiater umumnya menangani permasalahan mental yang lebih rumit dan bisa mengeluarkan resep untuk terapi pengobatan sebagai metodenya. Karena, pada kasus yang psikiater fokuskan adalah kelainan jiwa yang berkaitan dengan ketidakseimbangan kimia dalam otak.
Persamaan dokter psikolog dan psikiater

Kesamaan kedua profesi ini adalah sama-sama membantu pasien dalam menghadapi, mencerna dan mengelola permasalahan kejiwaan yang tengah dialami. Karena banyak yang masih awam dengan dunia psikologi, tak jarang orang menyamakan keduanya.
Meski psikolog kebanyakan menggunakan teknik terapi, bila mereka telah menempuh ilmu psikofarmakologi, maka boleh mengeluarkan resep jika memang perlu. Di sisi lain, baik psikiater dan psikolog sama-sama memiliki wawasan dalam teknik psikoterapi.
Perbedaan psikolog dan psikiater
Meninjau dari bahasan di atas, kita jadi mengetahui bahwa fokus kedua profesi ini ada perbedaan yang mendasar. Psikiater dominan mengatasi permasalahan kejiwaan yang lebih kompleks dan membutuhkan terapi obat, meski masih bisa menggunakan teknik psikoterapi.
Sedangkan psikolog menggunakan metode psikoterapi dan tes psikologi untuk bisa membantu klien menelaah dan mengelola kondisi mentalnya. Terapi atau konseling biasanya mengarah pada permasalahan psikososial. Hanya bila sangat perlu, kemungkinan psikolog akan menyertakan terapi obat-obatan.
Bila mengalami gangguan mental dan kejiwaan, harus ke mana?

Bila masih bingung saat merasa punya keluhan masalah mental, kejiwaan dan perilaku, kita bisa datang ke dokter umum. Sampaikan keluhan kita dan dokter umum akan membantu memberikan diagnosa awal. Akan lebih baik bila kita memaparkan kondisi dengan terbuka dan sejelas-jelasnya. Dengan demikian, dokter bisa membantu kita mengarahkan ke psikiater atau psikolog.
Alternatif lainnya adalah mencoba layanan konseling melalui apps yang kini tersedia di smartphone. Dengan biaya yang relatif lebih terjangkau, kita bisa meminta saran langsung kepada dokter umum, psikolog atau psikiater untuk sebaiknya mengambil opsi penanganan ke mana. Sebab, perlu observasi melalui tanya jawab lebih dulu agar bisa menentukan langkah yang tepat.
Pada dasarnya, psikolog dan psikiater sendiri bisa saling bersinergi atau berkesinambungan. Sebab ranah yang mereka tangani tidak jauh berbeda. Namun kembali lagi, hal tersebut ditentukan atas diagnosa persoalan yang klien alami. Bila psikolog tidak memiliki kapabilitas ke arah sana, maka akan merujuk ke psikiater. Demikian pula sebaliknya.
Tidak semua orang yang memiliki permasalahan gangguan kejiwaan memiliki stigma ‘orang gila’. Sebab pada dasarnya masalah penyakit kejiwaan dan perilaku sangat luas dan bisa berkombinasi. Sayangnya, hal ini sering menjadi kendala seseorang untuk lebih terbuka dengan keadaan mereka, karena takut mendapatkan stigma tersebut.
BACA JUGA: Hal yang Perlu Diketahui Sebelum Berkunjung ke Psikiater
Sama seperti penyakit tubuh, bila kita biarkan dapat menyebabkan infeksi dan masalah kesehatan yang lebih kronis. Nah, kondisi mental, kejiwaan dan perilaku pun seperti itu. Sehingga bila mengalami permasalahan, jangan ragu untuk menemukan bantuan medis yang tepat melalui psikolog atau psikiater.