Lakukan Cek Jantung bila Mulai Obesitas, Ini Alasannya
Melakukan cek jantung merupakan bentuk investasi kesehatan bagi mereka yang kelebihan berat badan. Orang yang mengalami obesitas memiliki risiko yang lebih tinggi untuk mengalami penyakit jantung atau stroke.
Pemeriksaan jantung atau sekaligus medical check up merupakan alat yang berguna untuk menilai kondisi jantung dan kondisi kesehatan yang berhubungan dengan obesitas. Dengan demikian bisa memberikan gambaran yang jelas akan kondisi terkini, dokter pun bisa menyarankan dan menjelaskan apakah orang tersebut mengalami masalah jantung yang berhubungan dengan obesitas.
Hasil pemeriksaan ini dapat mengidentifikasi masalah jantung seperti tekanan darah tinggi, kolesterol tinggi, dan gangguan aliran darah. Jika saat ini kita mulai merasakan beberapa gejala seperti mudah lelah, engap, sesak nafas atau bahkan nyeri dada, maka bacaan di bawah ini perlu kita pahami.
Apakah cek jantung prosedur yang rumit?
Cek jantung mungkin terdengar sebagai prosedur yang agak menakutkan atau hanya untuk penyakit berat. Sebenarnya ini merupakan pemeriksaan diagnostik untuk memeriksa kondisi jantung seseorang. Biasanya melibatkan pengujian elektrokardiografi (EKG), yang membantu dokter untuk mengidentifikasi masalah kesehatan jantung seperti penyakit jantung koroner, aritmia, dan hipertrofi ventrikel.
EKG akan mengukur aliran listrik melalui jantung dan menampilkan grafik elektrokardiografi (ECG) yang memberikan informasi tentang ritme jantung, kekuatan dan polaritas listrik. Hasil ECG dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah jantung dan menentukan apakah perlu tindakan lebih lanjut.
Selain EKG, cek jantung juga dapat melibatkan pemeriksaan fisik jantung, termasuk auskultasi (dengar suara jantung dengan stetoskop), pemeriksaan tekanan darah, dan pengujian darah. Dokter juga dapat menggunakan teknik imageri seperti radiogram, ultrasound, dan MRI untuk memeriksa jantung. Hasil dari cek jantung dapat membantu dokter menentukan diagnosis dan menunjukkan tindakan yang diperlukan.
Meski terdengar sangat kompleks, pasien yang menjalani pemeriksaan ini tinggal mengikuti instruksi saja. Tidak ada efek samping yang muncul dan bahkan pemeriksaan ini bisa menyatu dengan prosedur MCU atau medical check up.
Mengetahui jenis pemeriksaan jantung
Selain yang ada pada pemeriksaan atau check up secara umum, cek jantung ada beberapa macam sesuai kebutuhan dan kondisi pasien. Jenis pemeriksaan jantung yang umum di antaranya adalah:
- Electrocardiogram (ECG): Pemeriksaan ini menggunakan alat elektronik untuk memonitor dan mengukur aktivitas listrik jantung. ECG dapat digunakan untuk mengidentifikasi masalah jantung seperti aritmia (denyut jantung tidak normal), infark miokard, hipertrofi ventrikel, dan sebagainya.
- Ultrasound of the Heart (Ekokardiografi): Ekokardiografi adalah teknik di mana gelombang suara (ultrasound) untuk melihat struktur jantung. Metode ini berguna untuk mengidentifikasi masalah jantung seperti anomali struktural, perubahan pada tekanan darah, dan sebagainya.
- MRI of the Heart: MRI of the Heart menggunakan magnetik resonansi untuk menghasilkan gambar jantung. Tujuannya adalah untuk mengidentifikasi masalah jantung seperti anomali struktural, albuminuria, dan sebagainya.
- Coronary Angiography: Angiografi Koroner adalah teknik yang menggunakan kontras dan rontgen untuk mengidentifikasi masalah pembuluh darah jantung. Ini dapat menjadi metode yang tepat untuk diagnosa masalah jantung seperti aterosklerosis, stenosis, dan sebagainya.
- Holter Monitor: Holter Monitor adalah alat elektronik yang dapat digunakan untuk memonitor denyut jantung selama 24 jam. Penggunaannya adalah untuk mengidentifikasi masalah jantung seperti aritmia, bradikardia, dan sebagainya.
Kriteria orang obesitas dan penyebab umumnya
Orang tergolong obesitas adalah orang yang memiliki lebih dari 20% lebih berat dari berat normal mereka. Hal ini bisa kita lihat dengan menghitung Indeks Massa Tubuh (BMI). BMI adalah perbandingan antara berat badan dan tinggi badan. Orang yang memiliki BMI 25 atau lebih tinggi dapat tergolong ke dalam obesitas.
Orang yang memiliki BMI 30 atau lebih tinggi sudah masuk ke dalam obesitas parah. Orang yang tergolong obesitas juga dapat memiliki ciri-ciri lain seperti perut yang buncit, dada yang lebar, dan lengan yang lebar. Kelebihan berat ini dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit serius, termasuk diabetes tipe 2, penyakit jantung, stroke, dan beberapa jenis kanker.
Namun demikian, ada faktor lain yang bisa mengindikasikan seseorang mengalami kelebihan berat badan. Obesitas dapat terjadi karena berbagai faktor, termasuk kebiasaan makan yang tidak sehat, aktivitas fisik yang kurang, dan lingkungan sosial.
Kebiasaan makan yang tidak sehat adalah faktor utama yang menyebabkan obesitas. Termasuk di antaranya seperti makan lebih banyak daripada yang kita perlukan, makan makanan tinggi kalori dan rendah gizi, konsumsi makanan dengan banyak lemak jenuh dan karbohidrat sederhana, dan makan terlalu sering. Kebiasaan makan yang tidak sehat dapat meningkatkan risiko obesitas karena dapat menghasilkan asupan kalori yang tinggi dan kurangnya nutrisi penting.
Aktivitas fisik yang kurang juga berperan dalam menyebabkan obesitas. Aktivitas fisik yang kurang dapat mengurangi kemampuan tubuh untuk membakar kalori yang mengarah pada penumpukan lemak di tubuh. Aktivitas fisik yang tidak cukup juga dapat meningkatkan risiko masalah kesehatan lain, seperti stres, kanker, tumor dan gangguan metabolisme lainnya.
Lingkungan sosial juga dapat mempengaruhi kebiasaan makan dan aktivitas fisik yang berujung pada kegemukan. Misalnya pengaruh makanan di lingkungan keluarga sendiri, atau bagaimana persediaan bahan pangan sehat dan kurang sehat di wilayah tempat tingga, pergaulan dan sebagainya.
Cara mengelola berat badan agar terhindar dari obesitas
Mengelola berat badan adalah proses yang penting untuk menjaga agar berat badan tetap stabil dan tidak menjadi kegemukan ekstrem. Berikut adalah beberapa tips mengelola berat badan agar tidak obesitas.
- Memperbanyak makan makanan sehat. Memastikan bahwa porsi makan terdiri dari makanan sehat yang mengandung nutrisi dan mengurangi porsi junk food akan membantu tubuh tidak menumpuk banyak lemak. Makanan sehat seperti buah-buahan, sayuran, biji-bijian, dan kacang-kacangan sehat adalah sumber nutrisi yang lebih bermanfaat.
- Makan secara teratur. Pola makan yang lebih teratur akan membantu mengelola berat badan. Menghindari makan berlebihan dan makan terlalu sedikit dapat mencegah keinginan makan yang impulsif atau mudah lapar.
- Berolahraga dan bergerak. Olahraga secara teratur dan bergerak akan membantu membakar lemak dan mempertahankan berat badan yang sehat.
- Menjaga pola tidur yang sehat. Tidur yang cukup tidak hanya membantu menjaga kesehatan mental dan fisik, tetapi juga dapat membantu mengelola berat badan. Sebab tak banyak yang tahu bahwa saat tidur hampir sama seperti puasa, di mana tubuh membakar sejumlah kalori.
- Hindari merokok dan minuman beralkohol. Merokok dan minuman beralkohol dapat menurunkan metabolisme tubuh dan meningkatkan risiko obesitas. Konsumsi alkohol juga dapat meningkatkan asupan kalori yang tidak sehat.
Berapa biaya melakukan cek jantung?
Biaya untuk cek jantung di Indonesia bervariasi tergantung pada jenis cek jantung yang dilakukan. Cek jantung elektrokardiogram (EKG) dasar di Indonesia berkisar antara Rp100.000 hingga Rp250.000, sedangkan biaya untuk EKG holter (catatan 24 jam) berkisar antara Rp500.000 hingga Rp1.000.000. Jika pasien ingin menjalani tes ekokardiografi (Echo) atau stress test, biayanya bisa mencapai Rp2.000.000 hingga Rp3.000.000. Biaya untuk tes lain, seperti CT scan jantung atau MRI jantung, juga bervariasi tergantung pada lokasi dan fasilitas yang kita pilih.
BACA JUGA: Alasan Pentingnya Melakukan Tes Kesehatan Sebelum Menikah
Pada dasarnya cek jantung adalah rekomendasi skrining kesehatan sejak dini untuk mencegah beragam masalah kesehatan bagi mereka yang memiliki kegemukan ekstrem. Tidak ada kata terlambat untuk memperbaiki berat badan dan gaya hidup kita, sehingga bisa menikmati kesehatan lebih lama.