CEA dan Kaitannya dengan Kanker Kolon
Kanker adalah suatu penyakit yang masih menjadi momok bagi masyarakat hingga saat ini. Salah satu jenis kanker yang banyak menyerang masyarakat adalah kanker kolon. Bicara mengenai kanker kolon, mungkin Anda pernah mendengar bahwa CEA adalah salah satu indikator penyakit tersebut.
Memang benar CEA adalah salah satu indikator, meskipun itu bukan merupakan indikator utama. Ada banyak hal yang dapat menjadi alat penunjang dalam penegakan diagnosis kanker kolon. Namun, sebelum Anda mengetahui mengenai CEA dan hubungannya dengan kanker kolon, ada baiknya Anda mempelajari lebih dalam mengenai kanker kolon terlebih dahulu.
Kanker kolon dan faktor risikonya
Anda mungkin telah mempelajari saluran pencernaan manusia sejak duduk di bangku sekolah dasar maupun menengah. Seperti yang Anda ketahui, secara garis besar saluran pencernaan manusia terdiri atas mulut, kerongkongan, lambung, usus dua belas jari, usus halus, usus besar, dan anus. Kolon adalah nama lain dari usus besar, yang terletak di bagian akhir dari sistem pencernaan.
Kolon sendiri terbagi atas tiga bagian, yaitu kolon asenden (bagian yang naik), transversum (bagian yang melintang), dan desenden (bagian yang turun). Meskipun tak sepanjang usus halus, kolon tetap merupakan bagian krusial dalam sistem pencernaan, di mana terjadi penyerapan air.
Terdapat beberapa penyakit yang dapat menyerang kolon. Mulai dari infeksi, alergi, autoimun, hingga keganasan. Dari berbagai penyakit tersebut, keganasan atau kanker kolon adalah salah satu yang paling ditakutkan. Tumor maupun kanker pada kolon dapat tumbuh di mana saja di antara ketiga bagian kolon tersebut.
Seringkali penderita kanker kolon merupakan orang yang berusia tua, meskipun juga tidak menutup kemungkinan bisa menyerang orang muda. Selain usia tua, beberapa faktor yang membuat Anda lebih rentan terhadap kanker kolon adalah obesitas, banyak konsumsi makanan rendah serat tinggi lemak, riwayat keluarga dengan kanker apa saja, gaya hidup sedentari, rokok, alkohol, dan adanya riwayat penyakit peradangan pada kolon (seperti colitis ulcerative dan crohn disease).
Lalu, bagaimana awal terjadinya kanker kolon? Kanker kolon bermula dari mutasi DNA yang terjadi secara terus-menerus. Secara makroskopis, biasanya diawali dengan sebuah polip (massa bertangkai) yang tumbuh di kolon, dan perlahan berubah menjadi keganasan. Polip sendiri cenderung tak bergejala. Oleh karena itu, screening berkala sangat diperlukan untuk mendeteksi kanker kolon sejak dini.
Gejala kanker kolon
Dalam tahap yang lebih lanjut, kanker kolon juga menunjukkan gejala. Sebenarnya, gejala kanker kolon bervariasi tergantung lokasi kanker, di kolon sebelah mana ia berada. Berikut adalah beberapa gejala kanker kolon secara keseluruhan yang harus Anda waspadai:
- Adanya perubahan pada pola BAB (Buang Air Besar), bisa berupa diare maupun konstipasi.
- Perdarahan pada rektum atau anus, biasanya darah ini berwarna merah segar.
- Rasa tidak nyaman di perut, bisa berupa kembung, kram, atau nyeri, yang berlangsung terus-menerus.
- Rasa penuh dalam perut, seperti BAB yang tidak tuntas.
- BAB berbentuk seperti kotoran kambing, kecil-kecil dan padat atau cenderung keras.
- Rasa lelah dan badan lemas.
- Adanya penurunan berat badan yang signifikan tanpa sebab yang jelas.
Gejala nomor 1 hingga 6 memang cukup spesifik untuk gejala kanker di saluran pencernaan. Akan tetapi, gejala nomor 6 dan 7 mungkin cukup susah dibedakan karena sifatnya yang lebih umum dan sering terjadi pada berbagai penyakit. Oleh karena itu, hendaknya Anda tidak menunggu hingga gejala lemas dan penurunan berat badan terjadi, untuk memeriksakan diri ke dokter bila terdapat gejala yang lain.
CEA adalah penanda tumor
Setelah membahas mengenai kanker kolon, saatnya Anda tahu mengenai berbagai pemeriksaan penunjang diagnosis penyakit tersebut. Berbagai pemeriksaan yang bisa dilakukan, antara lain:
- Biopsi untuk melihat jaringan secara histopatologis (mencari sel kanker dengan mikroskop), ini merupakan baku emas (gold standard) dari pemeriksaan segala jenis kanker.
- Radiologi (USG, CT Scan, MRI)
- Lab darah, seperti melihat adanya anemia, penanda tumor, dan sebagainya.
Nah, CEA adalah salah satu jenis penanda tumor yang bisa menjadi indikator bagi kanker kolon, rektum, hati, indung telur, paru, dan tiroid. Akan tetapi, kadar CEA yang tinggi juga bisa mengindikasikan penyakit nonkanker, seperti sirosis hati. oleh karena itu, sebenarnya penanda tumor tidak dijadikan alat untuk menegakkan diagnosis, melainkan untuk monitor perbaikan pada pasien yang sudah tegak diagnosis kankernya.
Jadi, daripada menjadi alat diagnosis kanker kolon, CEA adalah indikator untuk melihat adanya perbaikan atau perburukan pada pasien, menentukan stadium penyakit, maupun menentukan apakah terjadi kekambuhan pada kanker kolon yang dulu sudah dinyatakan sembuh.
BACA JUGA: Kenali Ciri Kanker Paru Sejak Stadium Awal
Nah, setelah membaca artikel ini, diharapkan Anda tahu bahwa CEA adalah penanda tumor yang berfungsi untuk monitor, bukan alat utama untuk diagnosis. Di samping memikirkan pemeriksaan apa saja yang harus dilakukan, Anda juga harus lebih waspada mengenai kanker kolon itu sendiri. Bila Anda atau orang yang Anda kenal mengalami gejala-gejala tersebut, segeralah ke dokter untuk pemeriksaan dan penanganan lebih lanjut.