Ketahui 5 Cara Penyebaran Omicron yang Paling Sering Terjadi
Melonjaknya kasus positif di Indonesia belakangan ini tak lepas dari cara penyebaran Omicron di tengah masyarakat. Varian virus yang jauh lebih cepat menular di gelombang ketiga ini ‘menyibukkan’ dunia dengan cara yang berbeda dari varian Delta.
Karenanya WHO dan pemerintah di banyak negara meminta warganya tidak lengah pada kemungkinan efek masif dari Omicron, meski memiliki gejala seperti flu. Kita bisa melihat sendiri bagaimana efek varian BA.1 ini kembali menghentikan PTM atau pembelajaran tatap muka 100% yang baru saja bermula setelah sekian lama.
Hal ini karena daya infeksi dan penularan Omicron tidak pandang bulu pada mereka yang sudah pernah terkena Covid atau bahkan sudah vaksin sekalipun. Ada banyak celah yang membuat hal ini terjadi. Mari kita kenali beberapa cara virus ini tersebar dengan mudah di masyarakat menurut para ahli
Cara penyebaran Omicron dari yang bepergian ke luar negeri
Kita perlu mengakui bahwa masih ada kelonggaran bepergian beberapa waktu lalu, padahal sebenarnya kondisi belum benar-benar aman. Omicron tadinya masih ada di negara yang jauh dari Indonesia, tapi karena mobilitas warga dunia sudah mulai bergerak, transmisi virus antar negara seperti ini pun tak terhindarkan.
Meski dengan adanya masa karantina, tapi banyak orang awam yang tidak ikut bepergian, membantu menyediakan fasilitas atau perawatan bagi mereka yang sedang karantina. Hal inilah yang pada akhirnya bisa membawa virus ke masyarakat luas.
Kerumunan tak terhindarkan adalah cara penyebaran Omicron
Dengan kepadatan penduduk yang tinggi, namun secara perekonomian belum benar-benar merata, kebutuhan untuk keluar rumah tidak terhindarkan. Hal ini juga membuat kita mau tak mau akan bertemu dengan kerumunan. Sebut saja antrian KRL, pergi ke pasar, sekolah, serta beberapa budaya seperti undangan pernikahan, reuni sampai acara agama atau adat.
Perlindungan terbaiknya adalah dengan menggunakan masker, membekali diri dengan hand sanitizer dan sebisa mungkin menjaga jarak. Tapi masih akan ada potensi virus ini ikut dengan kita, karena wujudnya yang tak kelihatan.
Penggunaan masker yang kurang tepat
Ada beberapa kriteria masker yang masih belum banyak orang pahami. Pertama, masker tiga lapis untuk proteksi maksimal. Kedua, masker harus menutupi hidung dan mulut, serta rapat (bukan longgar atau menyisakan rongga). Sementara, kita masih banyak melihat orang yang menggunakan masker turun hingga di bawah hidung, atau bahkan hanya tergantung di bawah dagu. Bila demikian, kita hanya memahami masker hanya sebagai formalitas dan tidak benar-benar memahami risiko virus pada kesehatan kita dan orang-orang di sekitar.
Ketiga, perlu memahami kapan kita boleh melepaskan masker sejenak dan durasinya. Kita bisa melepaskan masker hanya ketika perlu makan dan minum dengan waktu singkat, tentunya dengan melihat situasinya. Sebaiknya, makan atau minum di tempat yang tidak ramai atau jauh dari orang lain meski hanya 1 sampai 2 orang. Karena pada intinya, bukan hanya seberapa banyak. Melainkan siapapun bisa saja membawa virus tak kasat mata ini.
Berada di ruangan tertutup atau sirkulasi udara sedikit
Faktor lain yang bisa membuat kita terpapar adalah berada di ruangan tertutup. Seperti kantor, mall, gedung sekolah atau bangunan lainnya yang memiliki sedikit sirkulasi udara. Virus Covid-19 dapat menyebar dengan cara airborne atau melalui udara yang kita hirup.
Kebanyakan ruangan tertutup memiliki sirkulasi udara terbatas atau menggunakan AC. Dari sinilah virus bisa merebak dan menetap dalam ruangan. Karenanya, kini banyak kegiatan yang berlangsung di ruangan yang semi terbuka atau bahkan outdoor.
Menular lewat asas kepercayaan
Terdengar ironi, namun seringkali hal ini terjadi. Cukup banyak kasus Omicron yang terjadi pada anggota keluarga satu rumah, teman satu kelas, hingga rekan kerja satu ruangan. Karena kedekatan fisik dan emosional merupakan bagian dari kebutuhan hidup, maka upayakan untuk sehigienis mungkin sebelum bertemu, serta sehati-hati mungkin pada riwayat perjalanan atau aktivitas sebelumnya.
Cara penularan di antara anggota keluarga ini juga yang menjadi awal lonjakan kasus di awal pandemi. Apabila tracing menunjukkan bahwa ada orang rumah atau tempat tinggal kita yang menjadi carrier, lebih baik untuk fokus pada kesembuhan bersama. Karena pada dasarnya memang virus ini sulit kita deteksi dengan mata dan pastinya tak ada yang ingin membawa pulang penyakit.
Pentingnya tracing sebagai upaya menghindari penularan
Penyebaran Omicron memang lebih masif, cepat dan luas. Sehingga sempat terjadi tingginya permintaan swab PCR di sejumlah wilayah. Meski pada akhirnya banyak yang memilih antigen sendiri atau bahkan berinisiatif untuk isoman saja, tapi sejatinya tracing sangat penting.
Metode yang paling efektif adalah dengan melakukan PCR dan komunikasi dengan penyintas. Swab PCR memiliki akurasi tinggi dalam mendeteksi adanya virus di dalam tubuh seseorang. Hasil tes ini bisa membuat kita lebih merasa pasti dan aman bila harus melakukan pekerjaan dengan orang banyak, perjalanan jauh atau sekedar ingin pulang ke rumah.
GSI Lab sendiri sudah melayani masyarakat dalam masa-masa penyebaran Covid-19. Menyediakan ragam antigen dan swab PCR yang bisa menjadi pilihan kita. Mengingat masih banyak orang yang kurang nyaman dengan PCR colok.
BACA JUGA: Kabar Chemtrail Omicron, Hoaks Virus Disebar oleh Pesawat
Selain membawa misi kesehatan, tim di balik GSI Lab juga memahami masih banyak orang yang mungkin belum bisa menjangkau swab test. Karenanya, ada program sosial bernama Swab and Save, di mana kita bisa membantu mereka mendapat swab gratis. Selain melalui program PCR, kita juga bisa berdonasi langsung yang ada di sini.
Pada dasarnya, cara menghindari virus adalah menggunakan masker dan meningkatkan higienitas dengan disiplin, serta menjauhi kerumunan. Namun tetap saja segala kemungkinan itu bisa terjadi. Ingat keluarga di rumah dan ingat bahwa kesehatan sangat berharga, sehingga kita akan lebih berhati-hati dan ikhtiar sebaik mungkin agar bisa menghindari virus ini.