Jangan Disepelekan, Covid Omicron Ternyata juga Bisa Mematikan!


Katanya bergejala ringan. Namun apakah Omicron mematikan?

Pertanyaan ini tentu muncul di benak masyarakat Indonesia. Pasalnya, kian hari kian banyak orang yang abai dengan ancaman Covid-19. Banyak protokol kesehatan yang dilanggar. Bahkan untuk sekadar scan Peduli Lindungi saat mengunjungi tempat pun semakin banyak yang enggan melakukannya.

Lebih parah lagi, kini Omicron telah bermutasi, di mana salah satu variannya memiliki nama Son of Omicron. Di Indonesia, jenis dengan nama BA.2 ini telah terdeteksi sebanyak 332 kasus. Padahal pada data sebelumnya jumlah penderita Son of Omicron hanya 80 kasus.

Apakah Son of Omicron lebih berbahaya dari B.1.1.529?

Meski belum ada keterangan mengenai apakah Son of Omicron punya tingkat penularan lebih tinggi, lonjakan yang begitu tinggi menunjukkan bahwa varian ini sama bahayanya dengan Omicron.

Sekretaris Ditjen Kesehatan Masyarakat Kemenkes, Siti Nadia Tarmizi mengungkapkan bahwa gejala pada kasus BA.2 tak jauh berbeda dengan infeksi Omicron. Ia mengatakan bahwa pasien BA.2 sebagian besar tanpa gejala hingga gejala ringan seperti batuk.

Apakah Omicron mematikan

Ilustrasi lansia sakit
[Sumber gambar]
Meskipun Omicron merupakan varian dengan infeksi yang tergolong ringan, masyarakat wajib waspada terhadap virus yang satu ini. Studi terbaru menunjukkan bahwa jenis ini masih memiliki potensi mematikan.

Kepala WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus mengklaim bahwa semakin tingginya angka penularan Omicron membuat sistem kesehatan saat ini sedang tidak baik-baik saja. Ia mengatakan, walaupun Omicron tidak lebih parah dari Delta, terutama bila pasien telah mendapatkan vaksin, bukan berarti varian ini bisa masuk dalam kategori ringan.

Bercermin pada kasus Omicron di Amerika Serikat, saat ini diperkirakan sekitar 50.000 hingga 300.000 penduduk terancam jiwanya akibat infeksi Covid-19 varian Omicron. Perkiraan ini merupakan proyeksi yang melihat betapa ganasnya penularan Omicron meski memiliki gejala yang lebih ringan. Rata-rata kematian akibat Covid-19 di Amerika Serikat sendiri masih berjarak sekitar tujuh hari dari satu kematian ke kematian berikutnya. Hal yang sama, seperti pada bulan November 2021 lalu.

Epidemiolog, Jason Salemi, dari University of South Florida menyampaikan fakta yang lebih buruk. Hasil dari penelitian memperkirakan angka kematian akibat virus Corona di negeri Paman Sam di awal musim semi mendatang bisa melebihi satu juta jiwa.

Masyarakat harus waspada terhadap masa inkubasi Omicron

Ilustrasi waspada inkubasi omicron
[Sumber gambar]
Salah satu alasan mengapa masyarakat harus merenungkan pertanyaan, “Apakah Omicron mematikan?” adalah bahwa masa inkubasi Omicron. Dr. William Schaffner, M.D. dari Vanderbilt University School of Medicine menyatakan bahwa sulit membendung penyebaran Omicron. Pasalnya varian ini memiliki masa inkubasi yang lebih cepat daripada jenis-jenis turunan Covid-19 lainnya.

Lewat sebuah penelitian, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengklaim bahwa inkubasi Omicron terjadi hanya dalam waktu 73 jam atau sekitar tiga hari saja. Pasien bisa mulai merasakan gejala 33 – 75 jam setelah terpapar virus.

Tingkat penularan yang sangat tinggi ini jauh lebih buruk ketimbang Covid-19 varian Delta yang masa inkubasinya sekitar empat hari. Sementara varian awal virus Corona justru lebih lama, yaitu hingga lima hari.

Gejala yang muncul akibat varian Omicron

Pasien yang tertular varian Omicron dan mengalami gejala akan merasakan sensasi-sensasi seperti berikut ini:

Sakit Kepala

Sakit kepala adalah varian Omicron yang sangat umum terjadi pada penderitanya. Anda bisa merasakan rasa nyeri level sedang hingga berat. Sensasinya seperti tertusuk atau berdenyut pada kedua sisi kepala. Susahnya, obat penghilang sakit biasa kurang kuat untuk mengatasi sakit kepala ini.

Pilek

Salah satu gejala utama yang menjadi pertanda terinfeksi Covid-19. Pilek Omicron dan pilek biasa cenderung memiliki karakter yang sama. Inilah yang menyebabkan masyarakat meremehkan virus B.1.1.529 ini. Selain itu, untuk membuktikannya seseorang harus melakukan tes laboratorium.

Bersin

Bila pada varian Delta gejala bersin tak terlalu kentara, berbeda dengan varian Omicron. Bahkan bersin merupakan gejala umum Covid-19 Omicron bagi orang yang sudah mendapatkan vaksinasi.

Sakit Tenggorokan

Omicron juga membuat seseorang merasakan sakit tenggorokan. Gejalanya mirip dengan radang tenggorokan saat mengalami influenza. Untuk penderita Covid-19., sakit tenggorokan ini kira-kira berlangsung selama lima hari dan sering terjadi pada orang dewasa berusia 18 hingga 65 tahun.

Batuk terus-menerus

Waspada bila Anda merasakan batuk terus-menerus, sering terjadi berkali-kali dalam sehari. Bisa jadi itu adalah pertanda adanya varian Omicron dalam tubuh. Batuknya seperti batuk kering, tanpa ada dahak atau lendir. Gejala ini berlangsung sekitar empat atau lima hari.

Gejala mematikan Covid Omicron

Dicky Budiman, MDM M.Sc.PH, epidemiolog dari Griffith University School of Medicine memberitahu tentang gejala-gejala Covid Omicron yang mulai memunculkan bahaya bagi penderitanya. Segera pergi ke dokter bila merasakan gejala-gejala klinis, seperti demam tinggi lebih dari tiga hari, sesak napas atau napas pendek, saturasi oksigen kurang dari 93 persen, hingga rasa nyeri atau tekanan di dada.

Waspada pula ketika mengalami disorientasi atau kebingungan, tak mampu bangun, susah tidur, dehidrasi, serta tanda kulit, bibir, atau kuku yang pucat/biru.

Apakah Omicron mematikan bila muncul gejala-gejala di atas? Mungkin saja. Segera hubungi tenaga medis untuk mendapatkan pertolongan. Namun bila masih mampu menjalankan isolasi mandiri, tingkatkan imunitas dengan konsumsi makanan bergizi seimbang, tetap berolahraga, menjaga agar tidak kekurangan cairan tubuh, serta mengonsumsi obat untuk pereda gejala.

Bagi yang belum mendapatkan vaksinasi, sangat disarankan untuk segera menghubungi dokter. Tujuannya supaya ada seseorang yang bisa memberi keputusan mengenai apa yang harus Anda lakukan. Selain itu, tetaplah melakukan isolasi mandiri dan tidak mendekat ke kerumunan.

Kontrol kesehatan dengan rutin lakukan tes PCR

Dengan ringannya gejala, salah satu cara untuk mengontrol tingkat penyebaran Covid-19 Omicron adalah lewat tes PCR. Anda bisa mendapatkan hasil pemeriksaan di laboratorium terbaik dan terpercaya, GSI Lab. Didukung dengan laboratorium tes PCR berstandar Biosafety Level (BSL) 2+, GSI Lab bisa memberikan hasil pemeriksaan secara cepat dan akurat, hanya 12 sampai 24 jam.

Bagi masyarakat yang kurang mampu, ikuti program “Tes PCR Gratis untuk Masyarakat.” Dapatkan kesempatan tes swab PCR gratis, tanpa biaya.

BACA JUGA: 4 Gejala Omicron Pada Orang Dewasa yang Patut Diwaspadai

Untuk caranya, kunjungi situs gsilab.id/id/swab-save/ kemudian klik “Daftar PCR Swab Gratis.” lengkapi juga dokumen-dokumen sesuai dengan persyaratan yang berlaku.

Apakah Omicron mematikan? Kemungkinan itu ada, namun dengan penanganan yang tepat dan cepat, kematian akibat varian B.1.1.529 ini bisa Anda hindari. Selalu jalankan protokol kesehatan dan waspada terhadap bahaya Covid-19.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *