Situasi COVID 19 pada Anak di Indonesia
Tidak terasa pandemi COVID 19 telah berlangsung selama hampir 3 tahun. Bermula dari Wuhan, Cina, virus ini telah menyebar ke segala penjuru dunia. COVID 19 telah mengubah tatanan hidup seluruh negara, termasuk Indonesia. Pandemi memberikan dampak baik dan buruk dalam hampir segala hal.
Berbagai golongan orang tak lepas dari dampak COVID 19, termasuk anak-anak. Sebagai manusia yang baru dilahirkan, tumbuh, dan berkembang, anak-anak termasuk dalam golongan usia yang dikhawatirkan pemerintah. Selain golongan lansia dan penderita komorbid, anak-anak adalah golongan rentan yang tak boleh lepas dari berbagai pertimbangan.
Emergensi varian delta
Masih ingatkah Anda pada gelombang COVID 19 yang cukup besar di Indonesia? COVID 19 varian delta pertama kali diumumkan di India pada Desember 2020 sebelum mendominasi di tahun 2021 karena penyebarannya yang cepat. Varian baru ini membuat India menjadi negara dengan kasus terbanyak di dunia pada waktu itu.
COVID 19 varian delta pun ditemukan di Indonesia pada April 2021, tepatnya di Jakarta. Pada Juli 2021, Indonesia mencatat sejarah kasus harian COVID 19 terbanyak sepanjang tahun. Bahkan Indonesia sempat dinobatkan sebagai negara dengan kasus baru dan kematian akibat COVID 19 terbanyak di dunia oleh WHO. Hal tersebut tentu menjadi pukulan hebat bagi dunia kesehatan dan seluruh masyarakat.
Di Provinsi Sumatera Utara, varian delta pertama kali ditemukan Juli 2021. Hal tersebut juga berakibat pada peningkatan kasus yang tak terkendali setelahnya. Sayangnya, di tengah kasus yang tinggi, tidak ada satu pun laporan maupun penelitian mengenai varian delta pada anak.
Padahal secara global dan nasional, kasus COVID 19 pada anak juga mengalami peningkatan. Tak hanya jumlah kasus baru, CFR (Case Fatality Rate) pun cukup tinggi. Sayangnya tidak banyak laporan mengenai hal tersebut di negara berkembang.
Studi kasus COVID 19 pada anak
Studi pertama varian delta pada anak dilakukan pada Mei 2021 di Sumatera Utara. Studi ini bahkan yang pertama dilakukan di negara berkembang. Pada studi ini, dilaporkan bahwa sebanyak 3917 sampel telah dikirimkan untuk pemeriksaan WGS (Whole Genome Sequencing) pada Juli 2021. Pemeriksaan WGS dilakukan untuk mengetahui varian dari COVID 19.
Melalui pemeriksaan WGS, ditemukan 3 varian pada kasus anak dengan COVID 19. Varian pertama adalah B.1.459 yang mendominasi pada Mei hingga Juni 2021. Varian B.1.4662 yang muncul setelahnya, lalu varian B.1.617.2 (delta) yang mendominasi pada akhir Juni hingga pertengahan Juli 2021.
Penemuan varian delta sejalan dengan meningkatnya kasus COVID 19 pada anak. Hal ini membuktikan kecepatan penularan yang tinggi pada varian delta. Banyak penelitian di negara maju memang telah memperingatkan viral load tinggi pada varian delta yang ditandai dengan nilai CT semakin rendah. Nilai CT dapat dilihat pada hasil pemeriksaan PCR yang Anda lakukan.
Meskipun demikian, para ahli di Indonesia masih meragukan kemungkinan penularan dari anak ke orang dewasa. Akan tetapi, pada penelitian di Prancis dan pada penelitian ini, terbukti bawa anak dapat menularkan virus COVID 19 ke orang dewasa, meskipun jarang terjadi. Hal ini terbukti dengan adanya anggota keluarga yang menunjukkan gejala setelah berhubungan dengan si anak. Oleh karena itu, anak-anak tetap wajib melakukan isolasi ketika tertular COVID 19.
Gejala yang dialami anak memang cenderung ringan, seperti demam, diare, badan lemas, dan hidung berlendir. Akan tetapi, ada pula hal yang cukup mengkhawatirkan seperti terjadinya pneumonia. Pemeriksaan foto dada pun umumnya menunjukkan kelainan yang ringan.
Meskipun seringkali menunjukkan viral load rendah (dibuktikan dengan nilai CT yang tinggi), anak tetap golongan yang rentan. Anak dengan COVID 19 varian delta dua kali lipat lebih membutuhkan perawatan di rumah sakit daripada varian lainnya. Anda dapat melihat secara lengkap laporan studi kasus COVID 19 varian delta pada anak di link ini.
Pentingnya penelitian COVID 19 pada anak
Melalui penelitian di atas, dapat ditarik kesimpulan bahwa anak perlu mendapat pertimbangan khusus dalam setiap kebijakan terkait COVID 19. Hal tersebut termasuk dalam pemberian vaksin. Mulai berkembangnya penelitian kasus COVID 19 pada anak membuat pemerintah menggalakkan program vaksinasi bagi anak di atas usia 6 tahun.
Anak usia sekolah ternyata lebih rentan tertular penyakit karena banyaknya kegiatan yang dilakukan selama di sekolah. Vaksinasi menjadi sangat penting untuk menjaga anak-anak agar tetap dapat melakukan kegiatan belajar mengajar dengan nyaman.
Secara tidak langsung, berkembangnya penelitian mampu membantu anak-anak dalam memperoleh kehidupan dan pendidikan yang optimal. Itulah mengapa pemerintah sangat mendukung setiap penelitian. Klik link di sini apabila Anda membutuhkan rekan laboratorium untuk membantu keberlangsungan penelitian. Satu penelitian Anda akan sangat bermanfaat dalam menciptakan generasi muda bangsa yang cemerlang.
Sumber:
- https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/35433558/