Pengertian PMS, Gejala dan Penanganannya
Sebelum haid, umumnya perempuan mengalami fase PMS atau pre menstrual syndrome. Gejalanya bisa tampak pada perubahan mood dan kondisi fisik. Seperti lebih sensitif atau merasa gejala yang mirip anemia.
Menstruasi, haid atau datang bulan adalah kondisi alamiah pada tubuh perempuan atas luruhnya dinding rahim karena sel telur tidak dibuahi. Sehingga tubuh akan mengeluarkan darah dalam jumlah hari yang tidak sama antara individu satu dengan lainnya. Bahkan ada yang bisa mengalami menstruasi dua kali dalam satu bulan, meski umumnya hanya satu kali saja.
PMS merupakan kondisi sebelum haid. Sayangnya, kadang kondisi ini juga menjadi stigma yang melekat pada emosi wanita. Padahal bisa saja emosi tersebut karena memang merespon apa yang terjadi, seperti sedih, menangis dan marah. Nah untuk memahami PMS dan bedanya dengan emosi alamiah wanita, kita akan bahas melalui penjelasan di bawah ini.
Pengertian dan penyebab PMS
PMS adalah fase yang perempuan alami sebelum menstruasi, karenanya bernama pre-menstrual syndrome atau gejala klinis yang muncul sebelum menstruasi dan memang ada kaitannya dengan kondisi datang bulan itu sendiri.
Penyebab terjadinya PMS atau pre-menstrual syndrome ini sebagian besar adalah karena pengaruh zat kimia dalam otak dan juga adanya perubahan atau pergerakan siklus hormon. Perlu kita pahami bahwa hormon merupakan pembawa pesan kepada seluruh sistem dalam tubuh, sehingga keberadaannya sangat berpengaruh pada tubuh kita.
Karena faktor kognitif yang banyak mendominasi keseharian, tanpa sadar kita juga membuat hormon tertentu bergerak lebih dominan daripada yang seharusnya. Misalnya ketika terlalu produktif hingga kelelahan, kurang tidur hingga mudah marah, atau terlalu banyak berpikir yang belum terjadi sehingga stres.
Pada wanita sendiri, beberapa jenis hormon yang berpengaruh adalah estrogen dan progesteron. Keduanya berperan dalam proses reproduksi, menstruasi dan ovulasi. Sedangkan serotonin adalah hormon yang penting untuk otak, karena bisa menentukan apakah kita merasa rileks karena kecukupannya atau bahkan jadi gelisah sebab kekurangan.
Faktor risiko PMS
Semua perempuan bisa mengalami PMS, hanya saja dengan tingkat dan gejala yang berbeda-beda. Ada yang bisa merasakan sangat signifikan sehingga terasa pada tubuh dan pikiran sekaligus, seperti lelah badan tapi juga lelah pikiran. Ada pula yang hanya mengalami salah satunya.
Selain itu, tak menutup kemungkinan meski ada PMS seorang wanita tidak merasakan gejala yang signifikan sehingga tetap terlihat stabil. Mereka yang rentan akan gejala PMS adalah perempuan dengan kecenderungan seperti di bawah ini:
- Kurang bergerak aktif dan jarang berolahraga, karena sebenarnya bergerak dan olah sehat bisa membantu keseimbangan hormonal tubuh kita.
- Jam tidur atau istirahatnya kurang dan sering begadang. Hal ini dapat melelahkan pikiran dan tanpa sadar mempengaruhi suasana hati dan pikiran.
- Ada riwayat PMS pada ibu, nenek atau riwayat keluarga yang menurun.
- Pernah mengalami kondisi kekerasan dan trauma.
- Memiliki permasalahan psikis seperti kecemasan
- Pola makan tinggi garam dan gula
- Konsumsi alkohol atau obat-obatan yang bisa mempengaruhi situasi pikiran organ, saraf dan otak.
Ini ciri-ciri dan gejalanya
Sebelum mengalami datang bulan, tubuh perempuan seolah ‘berbicara’ sebagai respon atas gaya hidup yang dilakukan. Meski pre menstrual syndrome bisa terjadi pada siapa saja, namun saat kita menjaga keseimbangan antara istirahat-aktivitas dan olahraga, gejala yang muncul bisa lebih terminimalisir.
Begitu pula bila ada salah satu yang kurang seimbang, maka ada gejala yang akan terasa signifikan. Inilah ciri dan gejala yang muncul ketika perempuan mengalami pre menstrual syndrome.
- Muncul rasa ngilu atau nyeri pada payudara. Kadang muncul dengan sendirinya atau baru terasa ketika tersenggol atau tersentuh.
- Adanya jerawat pada wajah.
- Kondisi perut bagian bawah yang lebih bergejolak.
- Sakit kepala atau migrain, biasanya karena kurang istirahat atau olahraga.
- Peningkatan nafsu makan, hal ini juga bisa bersamaan dengan bertambahnya berat badan temporer.
- Mudah lelah dan panggul atau punggung belakang terasa pegal.
- Perubahan suasana hati yang fluktuatif atau cenderung sendu.
- Konsentrasi menurun dan mudah lupa
- Pergolakan gairah seks atau mengalami mimpi yang berkaitan.
Stigma tentang pre menstrual syndrome
Karena beberapa gejala pre menstrual syndrome ini sering berkaitan dengan emosi negatif, maka muncul stigma terhadap kondisi ini. Misalnya bila seseorang mudah marah, terutama bila seorang perempuan, anggapannya adalah PMS. Padahal bisa jadi orang tersebut memang sedang rentan secara psikologis dan tidak sedang mengalami menstruasi.
Stigma ini bisa menimbulkan efek yang bias. Di antaranya adalah menganggap performa produktivitas perempuan dalam pekerjaannya terpengaruh oleh kondisi hormonal. Atau di sisi lain, membuat kita memahami reaksi emosional seseorang adalah karena PMS, padahal terpengaruh dari faktor lingkungan.
Dalam hal ini, komunikasi dan empati adalah hal yang perlu saling dilakukan agar kita bisa membedakan situasi yang memang terjadi karena PMS atau faktor lainnya, seperti tekanan ekonomi, tekanan pekerjaan, faktor kesehatan dan lain sebagainya.
Cara mencegah gejala sebelum menstruasi
Kabar baiknya, PMS sangat bisa kita cegah atau minimalisir dampaknya. Caranya dengan membenahi gaya hidup dan menyeimbangkan kebutuhan, bukan sekedar keinginan. Berikut ini adalah metode yang bisa kita coba:
- Olahraga setidaknya 150 menit per minggu, dapat memberikan manfaat yang baik bagi tubuh dan siklus hormon. Selain itu mencegah dampak peningkatan berat badan atau nafsu makan berlebih.
- Istirahat cukup setidaknya 6-8 jam per hari. Merupakan durasi tidur terbaik agar fungsi kognitif menjadi maksimal dan suasana hati membaik. Selain itu, tubuh yang sempat istirahat juga terjaga organ dan sistem metaboliknya.
- Banyak konsumsi buah dan sayur. Karena enzim dan vitamin di dalamnya bisa menyehatkan pencernaan yang tanpa kita sadari juga berpengaruh pada suasana hati dan pikiran.
- Konsumsi makanan dan minuman rekreasional sesuai kebutuhan, bukan sekedar keinginan. Misalnya makanan manis dan asin berlemak, kita boleh mengonsumsinya selama dalam batas wajar.
- Menyempatkan liburan, melakukan hobi atau hal-hal yang bersifat refreshing. Sehingga tidak mudah jenuh dan mentok.
Itulah yang perlu kita ketahui tentang PMS atau pre menstrual syndrome. Kondisi ini bukan sekedar perubahan mood, namun memang faktor siklus hormonal dalam tubuh seseorang. PMS juga hal yang normal sehingga semestinya tidak ada stigma negatif terhadapnya.
BACA JUGA: Bolehkah Vaksin Saat Perempuan Sedang Menstruasi? Ini Kata Ahli
Namun, kita masih bisa mencegah efek negatif dari PMS ini dengan mengatur pola hidup lebih rutin dan teratur. Sertakan juga jadwal self reward atau refreshing seperti rekreasi dan melakukan hobi, untuk bisa menyalurkan diri pada quality time sehingga hidup bisa lebih seimbang.