Pasien Covid-19 Masih Kerap Dikucilkan Hingga Stigma Negatif


Tingkat kesembuhan pasien Covid-19 di Indonesia memang tinggi, namun hal ini tak serta merta menjadi kabar baik. Angka kematian pun masih di atas rata-rata yang membuat negara kita disorot oleh WHO dan berbagai negara. Salah satu dampak sosial lain yang terjadi di Masyarakat kita adalah dikucilkan, ini salah dan harus terus dilakukan edukasi kepada masyarakat.

Namun yang tak kalah mengkhawatirkan adalah sikap sebagian warga terhadap Covid-19 dan pasien atau mantan penyintasnya. Ada yang menganggap penyakit ini aib, tenaga kesehatan hingga mantan penyintas yang berhasil sembuh terasa seperti dikucilkan. Tentu ini hal yang memprihatinkan, di mana semestinya kita saling bahu membahu di tengah beban pandemi yang dialami semua penduduk Dunia.

Ada beberapa faktor yang menyebabkan penyintas hingga tenaga kesehatan dikucilkan masyarakat. Di antaranya komunikasi publik dari pemangku daerah maupun pimpinan pusat yang kurang efektif pada masyarakat. Selain itu, stigma yang muncul pada mantan pasien Covid-19 seperti di bawah ini:

Anggapan sembuh tanpa swab, masih menularkan perlu dikucilkan 

Beberapa pasien dinyatakan sembuh dari Covid-19 namun tidak dilakukan swab terhadapnya memang terjadi. Masyarakat awam yang mengetahui ini, mungkin mengira bahwa hal ini adalah kelalaian.

Padahal sesungguhnya kondisi ini diklaim tidak lagi menularkan. Berdasarkan penelitian yang dilakukan Bullard dan Wolfel, hasil PCR positif pada pasien sembuh, sudah tidak berpotensi menularkan karena kultur virusnya negatif. Oleh karena itu beberapa pasien sembuh tidak wajip dilakukan swab ulang. Sebuah kesalahan jika penyintas covid ini harus dikucilkan Masyarakat. 

Orang yang sembuh tapi hasil swabnya masih positif

Pasien yang dinyatakan sembuh namun memiliki hasil swab positif, hal ini memang bisa terjadi hingga 3 bulan ke depan (menurut kasus yang dilaporkan CDC Amerika). Kondisi ini dinamakan Persistent Viral Shedding dan umumnya terjadi pada mereka yang memiliki gejala ringan atau tanpa gejala. Kondisi ini sering dikaitkan dengan reinfeksi, namun sebenarnya berbeda.

Penyintas covid merasa dikucilkan masyarakat

 

Persistent viral shedding memiliki variasi kondisi yang bervariasi tiap pasien. Sehingga hanya dokter yang bersangkutan yang bisa menentukan pasien sembuh atau belum, serta penanganan lanjutannya (perlu melakukan swab/tidak). Percayakan pada dokter atau tenaga medis, tanpa harus menjadikan dikucilkan nya penyintas Covid 19.

Orang yang sembuh tapi masih menunjukkan gejala

Kondisi lainnya adalah pasien yang sudah sembuh namun masih memiliki gejala. Fenomena ini dinamakan long covid. Di mana kondisi tubuh masih mengalami penurunan kondisi seperti saat terpapar. Di antaranya yang sering terjadi adalah mudah lelah, hingga mudah lupa dan lemas. Situasi ini bisa bertahan dalam hitungan minggu sampai bulan. Tapi, perlu diketahui bahwa dalam kondisi ini, orang tersebut tidak menularkan Covid-19 menurut penjelasan WHO.

Selain menjadi pekerjaan rumah dalam dunia kesehatan, Covid-19 menyisakan cukup banyak permasalahan sosial di masyarakat. Salah satunya adalah pengucilan terhadap penyintas, nakes dan keluarga mereka. Dibutuhkan dukungan dan tindakan tegas dari aparatur pemerintah setempat bersama Satgas Covid-19 untuk menangani hal ini.

BACA JUGA: Inilah Cara Bersikap dan Menghadapi Penyintas Covid-19 di Sekitar Tempat Tinggal

Karena dampaknya bukan hanya pada kesehatan pasien atau nakes beserta keluarganya, tapi pada seluruh elemen masyarakat di wilayah tersebut. Selain itu juga berpengaruh pada percepatan penanganan Covid-19, karena tak ada yang bisa memulihkan dengan baik, selain kesadaran kita untuk menjaga kesehatan jasmani dan hubungan sosial.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *