Mengenal Propolis, yang Banyak Dicari Orang Saat Pandemi
Di saat pandemi covid-19 terus melonjak, banyak dari kita membutuhkan produk kesehatan seperti suplemen. Terutama jika produk tersebut mampu meningkatkan daya tahan tubuh dan imun seperti salah satu jenis suplemen yang banyak di konsumsi ini, yaitu propolis.
Tidak banyak yang mengenal atau mungkin baru mendengar produk ini. Khasiat yang banyak bagi tubuh membuat produk ini banyak dicari walaupun dengan harga yang cukup mahal di pasaran. Apa itu propolis dan apa saja manfaat yang diberikan oleh produk ini? Mari kita simak ulasan berikut.
Tekstur pada propolis
Propolis sendiri merupakan produk yang berasal dari lebah, tekstur dan warnanya sedikit berbeda dari madu. Propolis merupakan senyawa organik yang dihasilkan oleh campuran air liur lebah, lilin lebah (beeswax), dan senyawa dari tumbuhan. Lebah menggunakan propolis sebagai perekat rongga pada sarang mereka agar rapat.
Propolis biasa ditemukan di negara-negara seperti Brasil, Selandia baru, dan Rusia. Warna dan kualitas di setiap daerah berbeda, tergantung jenis tanaman dan lebah pada lokasinya. Seperti pada propolis yang ada pada Negara Brasil lebih berwarna kehijauan.
Propolis di pasaran sebagai konsumsi suplemen biasanya dalam bentuk kapsul, padat dan ada juga dalam bentuk ekstrak cair. Dosis yang dianjurkan menurut Biomedicine and Phamacotherapy tidak boleh lebih dari 500 mg per hari atau sekitar 30 tetes dalam bentuk cair.
Memiliki proteksi anti virus
Propolis sendiri memilki antivirus yang dapat melindungi tubuh dari berbagai gangguan, seperti rotavirus, virus herpes dan influenza. Menurut laporan berjudul “Antiviral, Antibacterial, Antifungal, Antiparasitic Properties of Propolis: A Review” tahun 2021, komponen di dalam propolis seperti isopentyl ferulate, apigenin, kaempferol, dan coumaric acid dapat melindungi tubuh dari influenza A, virus H3N2, dan H1N1.
Memperkuat sistim imun sekaligus meringankan asma
Propolis menurut beberapa jurnal, menunjukkan support pada imunitas tubuh sekaligus mengurangi radang paru-paru. Ini tertera dalam laporan jurnal Biomedicine and Pharmacotherapy, volume 131, yang terbit pada bulan November 2020 lalu.
Pada laporan junal Advances in Pharmacological and Pharmaceutical Sciences tahun 2013, penderita asma ringan hingga sedang mengalami gejala ringan saat serangan kambuh pada malam, setelah mengonsumsi ekstrak cair propolis sebanyak 13 persen setiap hari selama dua bulan. kekambuhan asma pada malam hari terlihat berkurang dan fungsi paru-paru yang mengatur keluar masuknya udara juga mengalami peningkatan.
Komponen dalam propolis memiliki potensi untuk mencegah virus SARS-Cov-2 masuk ke tubuh
Komponen yang ada di dalam propolis seperti phenolic, flavonoid, caffeic acid phenethyl ester (CAPE), dan myricetin mempunyai potensi untuk mencegah virus Sars-Cov-2 atau masuk dan berkembang menyebar di dalam tubuh manusia.
Dalam laporan dalam Journal of Pharmacy and Pharmacology tahun 2021, CAPE dapat mencegah aktivasi PAK 21 (p21 activated kinase). PAK sendiri merupakan enzim penting bagi virus untuk dapat masuk ke dalam tubuh manusia dan berkembang biak atau disebut replikasi.
Lebih lanjut, sampai saat ini tidak ada penelitian yang menunjukkan bahwa propolis efektif untuk melawan COVID-19 dan masih butuh proses standardisasi yang jelas. Walaupun demikian, karena propolis aman dan dapat mendukung sistem kekebalan tubuh, tak ada salahnya untuk mengonsumsinya sebagai bagian dari pola makan sehat.
Agar lebih aman, konsultasikan apapun yang ingin kita gunakan sebagai booster dan suplemen pada dokter. Kondisi seperti dermatitis kontak dapat menjadi efek samping yang bisa muncul ketika konsumsi propolis. Orang yang alergi terhadap produk yang berkaitan dengan lebah tidak dianjurkan untuk mengonsumsinya.