Batasi Minum Susu Jika Mengalami 5 Gejala Ini
Bagi sebagian orang, susu dan produk turunan rasanya sangat nikmat. Sayangnya, saat mengonsumsi, beberapa orang dapat mengalami gejala alergi dan juga intoleransi (lactose intolerance).
Beberapa zat dalam makanan dan minuman dapat menimbulkan reaksi intoleransi pada tubuh. Umumnya ada enam jenis intoleransi, seperti intoleransi gluten pada produk berbahan tepung, kafein pada kopi, histamine, salisilat, fruktosan dan yang terakhir oleh produk olahan susu yakni laktosa.
Ketika kita mengalami intoleransi pada laktosa kita harus membatasi minum susu atau produk olahannya seperti keju, yoghurt, mentega, dan es krim. Laktosa sendiri merupakan jenis gula dalam susu, di mana dalam tubuh perlu memecahnya dengan enzim laktase agar mudah terserap.
Enzim ini ada dalam usus kecil manusia, namun tak semua orang memiliki kecukupan enzom yang sama. Akhirnya, sering kali kita akan mengalami beberapa gejala kurang nyaman, bahkan bisa memicu sakit, seperti di bawah ini.
Merasa tidak nyaman pada bagian perut
Gejala yang paling umum biasanya diawali dengan perasaan nyeri dan kembung pada perut. Ini karena karbohidrat dalam laktosa tidak terserap sebagaimana mestinya oleh sel-sel yang melapisi usus besar. Ada produksi gas dan asam yang meningkat, sehingga bisa terjadi sedikit mulas bahkan kram.
Perasan sakit pada perut biasanya terasa di sekitar pusar dan di bagian bawah perut. Rasa kembung yang berbeda-beda pada tiap orang bukan karena berapa banyak susu yang kita minum, tapi merupakan sensitivitas masing-masing.
Muntah
Ciri kedua bila kita memiliki lactose intolerant adalah saat mual hingga muntah jika minum susu. Ini reaksi yang muncul karena tubuh kesulitan mencerna laktosa dan menyebabkan gangguan pada perut. Beberapa orang bisa merasakan ini lewat aroma susu saja.
Diare
Intoleransi pada laktosa menyebabkan diare ini dikarenakan meningkatnya volume air pada usus besar, lalu meningkatkan kandungan cairan feses. Pada usus besar asam sisa dan laktosa meningkatkan jumlah air yang dikeluarkan tubuh. Ini juga membuat feses seseorang yang intoleransi laktosa menjadi cair. Kondisi ini juga bisa terjadi saat kualitas susu yang kita konsumsi menurun atau berubah.
Sembelit
Tanda lain dari intoleransi laktosa adalah mengalami sembelit atau konstipasi. Ini menyebabkan feses yang keras dan jarang membuat perut tidak nyaman, kembung dan berlebihan. Hal tersebut terjadi akibat bakteri dalam fermentasi usus besar tidaj dapat mencerna laktosa, akhirnya menghasilkan gas metana, menurut studi dalam jurnal Alimentary Pharmacology & Therapeutics tahun 2008.
Gas ini melambatkan waktu yang dibutuhkan makanan untuk bergerak di dalam usus, lalu menyebabkan sembelit. Namun, perlu diingat juga bahwa sembelit bisa disebabkan oleh kekurangan serat dalam makanan, mengonsumsi obat-obatan tertentu serta tanda dari sindrom iritasi usus besar.
Eksim
Reaksi ini terjadi pada bagian luar tubuhh akibat konsumsi produk laktosa. Eskim adalah kondisi kronis jangka panjang di mana penderitanya mengalami gatal, merah, kering, dan pecah-pecah pada kulit. Reaksi ini tidak selalu muncul pada orang dengan intoleransi laktosa, melainkan hanya sebagian saja. Ini berpengaruh juga pada faktor alergi terhadap debu, rumput, serbuk sari, stress, dan makanan tertentu.
Kita bisa mengurangi efek lactose intolerant dengan mengonsumsi makanan yang lebih basa, misalnya sayur-sayuran. Tapi, apabila sudah mulai diare dan muntah, sebaiknya konsultasikan dengan dokter dan hindari konsumsi susu serta turunannya untuk ke depannya.