Tentang Ivermectin, Tak Lagi Ampuh Hadapi Covid-19?


Sekitar dua tahun lalu, atau 2020, masyarakat menaruh sebuah harapan untuk kesembuhan dari hantaman virus Corona. Ivermectin jadi salah satu alasannya sebagai obat yang dipercaya mampu menghadapi Covid-19.

Bukan kaleng-kaleng karena banyak penelitian dari para ilmuwan terkemuka yang mengamini bahwa Ivermectin mampu menghadang SARS-CoV-2. Lewat penelitian yang merupakan kerja sama antara Monash Biomedicine Discovery Institute (BDI) dan Institut Infeksi dan Imunitas Peter Doherty (Doherty Institute), perusahaan patungan dari Universitas Melbourne dan Rumah Sakit Royal Melbourne, muncul kesimpulan bahwa obat yang sebenarnya untuk membasmi cacing gelang ini bisa membunuh virus Corona dalam waktu 48 jam saja.

Pakar kesehatan Kylie Wagstaff dari Monash Biomedicine Discovery Institute menerangkan bahwa bahwa hasil penelitian dari para ilmuwan menunjukkan obat Ivermectin mampu menghentikan laju persebaran virus SARS-CoV-2 di dalam tubuh manusia dalam waktu dua hari. Bahkan ada klaim lain yang menguatkan kalau dalam sehari saja, Ivermectin memberi dampak yang sangat signifikan dalam pemberantasan virus Covid-19.

Dari berbagai penelitian yang memberi dukungan pada pengobatan lewat Ivermectin, banyak pihak pun tertarik untuk menggunakannya sebagai langkah untuk menekan penularan virus Corona. Negara-negara, termasuk Indonesia, memberi lampu hijau untuk distribusi Ivermectin. Bahkan obat ini juga mendapat persetujuan dari Food and Drug Administration (FDA) Amerika Serikat sebagai obat anti-parasit yang terbukti efektif secara in vitro, bisa mengatasi gangguan-gangguan berbagai virus, termasuk HIV, Dengue, Influenza, dan Zika.

Kabar menarik lainnya, pembelian Ivermectin juga sangat mudah karena tersedia di apotek dan toko obat. Apalagi harganya terbilang ‘masuk’ untuk kantong masyarakat kelas menengah.

Ivermectin tak lagi mampu hadapi Covid-19?

Obat Ivermectin terkait Covid
[Sumber gambar]
Dua tahun berlalu, kini ada klaim lain yang menegaskan bahwa Ivermectin tak lagi dibutuhkan untuk menyembuhkan virus Corona. Bulan Februari lalu peneliti Malaysia memberi keterangan bahwa obat parasit yang sempat jadi fenomena sebagai obat penangkal Covid-19 tersebut kini tak lagi bisa memberikan manfaat.

Pernyataan ini berawal dari sebuah uji klinis acak yang hasilnya dimuat di jurnal JAMA Internal Medicine. Riset ini melibatkan 40 pasien terinfeksi Covid-19 bergejala ringan dan sedang dari 20 rumah sakit dan tempat karantina terpusat untuk penderita Covid-19 di Malaysia. Selama penelitian, setiap pasien menerima perawatan standar dan 50 persen dari mereka mendapatkan tambahan dosis pengobatan berupa Ivermectin.

Dalam catatan tersebut, Ivermectin disebut tak lagi bisa mencegah pasien Covid-19 dari gejala parah. Sebagai kesimpulannya, para peneliti di Malaysia tak lagi memberi dukungan Ivermectin sebagai obat ampuh untuk SARS-CoV-2.

Gejala berat tetap terjadi setelah pemberian Ivermectin

Selanjutnya, laporan tersebut membahas tentang gejala Covid-19 skala berat yang terjadi pada 21,6 persen pasien yang sudah mendapatkan Ivermectin. Uniknya mereka yang mendapat perawatan standar, tanpa bantuan dosis Ivermectin, justru persentase mengalami gejala beratnya lebih sedikit, yaitu 17.3%

Pada pasien yang mengalami gejala berat, peneliti mendefinisikan kondisi mereka dengan “membutuhkan bantuan oksigen untuk membantu pernapasan.” Dari uji coba ini Reuters menggarisbawahi bahwa tidak ada perbedaan yang kentara secara statistik antara kelompok dalam tingkat masuk ICU, kebutuhan ventilasi mekanik, atau kematian.

Penelitian tentang seberapa efektif Ivermectin terhadap tak hanya terjadi di Malaysia. University of Oxford juga sedang melakukan pengujian yang sama. Namun bedanya, peneliti Inggris tampaknya lebih tertutup dan berhati-hati dengan tidak memberi komentar tentang hasil tes Ivermectin sebagai obat Covid-19.

Indonesia juga kesampingkan Ivermectin sebagai obat Covid-19

Ilustrasi obat obatan covid
[Sumber gambar]
Indonesia tampaknya satu visi dengan Malaysia dalam menanggapi dampak Ivermectin terhadap Covid-19. Februari lalu, lewat akun Twitternya, Ketua Satgas COVID-19 Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Prof. Zubairi Djoerban menjelaskan bahwa beberapa obat yang pernah dianggap mampu atasi virus Corona kini terbukti tak bermanfaat. Lebih parahnya lagi, menurut Prof. Zubairi, obat-obatan tersebut bisa menyebabkan efek samping serius pada beberapa kasus.

Selain Ivermectin, Zubairi juga menyebut empat obat lain yang tak lagi berkhasiat hadapi Covid-19. Apa saja?

Ivermectin

Menurut Zubairi, Ivermectin, yang merupakan obat untuk mengatasi infeksi parasit, sempat membuat beberapa pasien dirujuk rawat inap. Ia menulis bahwa obat ini tak lagi mendapat rekomendasi dari Badan Pengawas Obat & Makanan (FDA) AS, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), dan regulator obat Uni Eropa.

Chloroquine

Bukannya sembuhkan Covid-19, Zubairi menyebut Chloroquine atau Klorokuin ini membahayakan kesehatan jantung. Dirinya menegaskan, penggunaan Chloroquine pada banyak orang di seluruh dunia tak lantas membenarkan penggunaan obat ini untuk hadapi virus Corona karena tidak memiliki manfaat antivirus.

Oseltamivir

Untuk Oseltamivir Zubairi menjelaskan bahwa obat ini sebenarnya untuk influenza. Namun tak ada penelitian atau bukti ilmiah yang menguatkan penggunaan Oseltamivir sebagai pengobatan untuk Covid-19, termasuk Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), 

yang menyatakan Oseltamivir tak lagi paten hadapi SARS-CoV-2.

Menurut Profesor yang sekaligus berprofesi sebagai dokter Spesialis Penyakit Dalam tersebut, daripada Oseltamivir sebaiknya minum obat antivirus lainnya, seperti Avigan atau Favipiravir dan Molnupiravir, serta Remdesivir.

Plasma Konvalesen

Zubairi memberi reaksi keras untuk Plasma Konvalesen. Menurutnya pengobatan ini tergolong mahal dan tidak efektif karena memakan waktu lama. Ia meneruskan bahwa Plasma Konvalesen tak mendapatkan rekomendasi dari WHO kecuali dalam konteks uji coba acak dengan kontrol,” imbuhnya.

Azithromycin

Menurut Zubairi, Azithromycin hanya efektif untuk melawan bakteri, bukan Covid-19. Kecuali ada situasi di mana terdapat bakteri, selain virus Corona yang menyebabkan sakit pada diri Anda.

Meski belum semua pihak memberi rekomendasi negatif pada Ivermectin, sebaiknya Anda mulai waspada bila ada keinginan untuk menggunakannya sebagai obat Covid-19. Untuk sementar waktu, bebaskan diri dari virus Corona dengan tetap patuh pada protokol kesehatan. Selain pakai masker, jaga jarak dan vaksinasi, pastikan untuk melakukan tes swab PCR secara rutin.

Agar hasil pemeriksaan akurat dan didapat dengan cepat, kunjungi GSI Lab terdekat untuk tes swab PCR. Dengan laboratorium berstandar tinggi, hasil uji sampel bisa Anda dapatkan maksimal dua hari saja.

Jangan lupa juga untuk ikut meningkatkan kewaspadaan masyarakat terhadap Covid-19 dengan memanfaatkan program “Tes PCR Gratis untuk Masyarakat” dengan daftar secara online di gsilab.id/id/swab-save/.

BACA JUGA: Tak Perlu Risau, Ini Obat Omicron Covid yang Bisa Digunakan

Apa pun pengobatannya, lebih baik sedia payung sebelum hujan. Tingkatkan kewaspadaan terhadap penularan Covid-19 dengan tetap taat protokol kesehatan. Kapan pun dan di mana pun juga.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *