Tentang Emboli Air Ketuban, Gejala dan Pencegahannya
Kondisi emboli air ketuban merupakan permasalahan kesehatan pada ibu hamil dan janin, saat cairan ketuban memasuki sistem sirkulasi maternal dan peredaran darah ibu yang melahirkan. Risikonya cukup tinggi untuk ibu maupun bayi
Kasus ini sebenarnya tidak banyak terjadi dalam proses persalinan, tetapi perlu kita waspadai. Sebab kemunculannya seringkali tidak terduga sebelumnya baik ketika maupun setelah proses lahiran terjadi. Kondisi ini istilah lainnya adalah embolisme air ketuban (EAK).
Namun demikian, tim medis biasanya sudah cukup mengetahui tindakan apa yang perlu untuk menangani kondisi tersebut. Berikut ini akan kita bahas lebih lanjut tentang emboli air ketuban agar ibu dan ayah memiliki wawasan mengenai salah satu risiko persalinan ini.
Gangguan emboli air ketuban
Emboli air ketuban memang bukan hal yang sering terjadi, tapi mayoritas kejadiannya adalah pada saat menjelang, ketika atau setelah persalinan. Adapun hal-hal yang bisa memasuki sistem maternal dan aliran darah ibu ini meliputi sel janin, rambut atau air ketuban. Kondisi ini bisa mengganggu peredaran darah, menyebabkan hambatan dan syok anafilaktik.
Kondisi syok tersebut tergantung pada bagian mana, bila menghambat di organ vital seperti jantung, maka bisa menyebabkan kondisi gagal jantung. Tentunya ini bukan hal yang sepele sebab risikonya tinggi dan menyebabkan kematian. Hal ini terlihat dalam 30 menit sampai 2 hari pasca persalinan, tergantung dari inflamasi yang ibu alami.
Apa yang menyebabkan EAK?
Emboli air ketuban merupakan sebuah kondisi di mana ada reaksi tubuh tertentu yang mirip dengan reaksi alergi. Hal ini mungkin terjadi ketika ada reaksi imunitas pada air ketuban maupun puing jaringan janin. Kemudian beberapa hal seperti ketuban dan jaringan tadi masuk ke aliran darah. Akibatnya, terjadilah reaksi inflamasi yang sangat signifikan.
Selain itu juga komponen asing yang masuk ke aliran darah tadi dapat menyebabkan sumbatan dan gangguan aliran darah.
Faktor risiko
Meski sulit menduga kemunculan EAK ini, tetapi ada beberapa hal yang bisa menjadi faktor risiko seseorang mengalaminya. Di antaranya adalah ketika ibu hamil saat berusia lebih dari 35 tahun. Selain itu beberapa kondisi di bawah ini juga dapat meningkatkan risiko terjadinya emboli ketuban:
- Ada gangguan pada masa jelang HPL atau persalinan seperti plasenta previa dan robekan pada plasenta
- Polihidramnion atau kelebihan air ketuban
- Persalinan menggunakan metode caesar atau forceps
- Preeklampsia
- Melahirkan anak kembar
- Ada cedera di kandungan atau perut
Perlu kita ketahui bahwa momen emboli air ketuban ini bisa terjadi bahkan ketika tadinya ibu hamil atau dalam persalinan kelihatan sehat-sehat saja. Karenanya, pemantauan kondisi perlu setelah 30 menit hingga 48 jam pasca bersalin.
Ciri-ciri emboli air ketuban
Kondisi emboli air ketuban ini menunjukkan gejalanya setelah beberapa waktu pasca melahirkan atau jelang HPL. EAK sering memiliki sebutan sebagai musuh dalam selimut bagi ibu hamil. Sehingga meski jarang terjadi, keluhan gangguan tersebut bisa muncul kapan saja.
Di antaranya yang terjadi adalah hipoksia atau kekurangan oksigen, sehingga menyebabkan ibu mengalami sesak nafas. Selain itu, ada beberapa ciri yang bisa kita amati seperti di bawah ini:
- Tekanan darah turun dengan cepat
- Muncul keringat dingin
- Sianosis atau bibir dan mulut membiru
- Mual atau muntah
- Pendarahan
- Kejang
- Hilang kesadaran
- Degup jantung lebih berdebar
Selain pada ibu, EAK ini bisa berdampak pada janin. Di mana harus segera mendapat penanganan, karena terjadi gawat janin yang dapat mengancam kelangsungan hidup janin tersebut.
Langkah penanganan medis
Karena termasuk ke dalam kondisi yang serius, maka penanganan kondisi EAK harus melalui tenaga medis dan fasilitas kesehatan yang mumpuni. Risiko yang mengancam kondisi ibu adalah komplikasi seperti gagal jantung, gagal nafas, syok anafilaktik sampai berdampak pada otak.
Berikut ini adalah beberapa langkah yang biasanya dokter lakukan untuk mengatasi emboli air ketuban pada pasien, sesuai dengan keluhan yang terjadi:
Terapi pasien dengan oksigen
Pada mereka yang mengalami penurunan level oksigen sehingga mengalami sesak nafas atau lemas, dokter akan melakukan terapi oksigen. Penurunan kadar oksigen ini terjadi karena aliran darah pasien terhambat, sehingga tidak bisa menyalurkan ke seluruh tubuh.
Dengan terapi ini, bisa membantu kekurangan oksigen yang terjadi pada beberapa organ penting seperti otak, jantung dan paru-paru itu sendiri.
Transfusi darah
Salah satu efek emboli air ketuban adalah sulitnya pembekuan darah. Hal ini menyebabkan ibu mengalami pendarahan sehingga untuk mencegah pasien kehilangan banyak darah, transfusi semacam ini perlu dilakukan.
Pemberian obat
Beberapa obat yang dokter berikan, sesuai dengan keluhan yang terjadi. Seperti apakah ada gangguan pada organ, mual dan muntah, mengatasi pendarahan dan ada kalanya pemberian obat jenis kortikosteroid.
Selain beberapa cara di atas, tim medis akan melakukan pemantauan kondisi ibu dan bayi di ICU atau NICU. Hal ini perlu selama keduanya dalam kondisi yang belum stabil.
Apakah bisa melakukan pencegahan?
Sebenarnya, EAK merupakan kejadian yang tidak bisa kita cegah, sebab kemunculannya tergantung dari kondisi pasien menjelang atau setelah proses melahirkan. Namun tidak ada salahnya untuk tetap menjaga kewaspadaan.
Di antaranya adalah dengan memperhatikan faktor risiko di atas. Apabila memiliki kondisi tersebut, sebaiknya secara rutin memeriksakan diri ke dokter dan berkonsultasi apabila ada keluhan atau kelainan yang ibu alami.
Selain itu, tetap menjaga asupan nutrisi yang baik, untuk bisa meningkatkan imunitas di kala kondisi emboli air ketuban datang.
BACA JUGA: 9 Cara Mencegah Kehamilan Tanpa Ganggu Keintiman
Itulah beberapa hal yang perlu kita ketahui mengenali emboli air ketuban. Tidak perlu khawatir berlebihan bagi mereka yang baru pertama kali mengandung atau sedang dalam program kehamilan. Namun tidak ada salahnya untuk selalu menjaga diri dan melakukan kontrol rutin sebagai tindakan antisipatif