Tentang HGH atau Human Growth Hormone, Apakah Berbahaya?
Maraknya penggunaan HGH (Human Growth Hormone) akhir-akhir ini mungkin membuat Anda bertanya-tanya, apa itu HGH, kegunaannya, serta dampak positif dan negatifnya bagi tubuh. Sebelum membahas mengenai HGH, ada baiknya Anda mengenal GH (Growth Hormone) terlebih dahulu.
GH adalah salah satu hormon yang dihasilkan oleh kelenjar hipofisis, yang terletak di bagian dasar otak. Sesuai namanya, hormon ini sebagian besar mengatur pertumbuhan manusia. Tak hanya itu, ia juga berperan dalam metabolisme (termasuk pemecahan lemak), memelihara fungsi organ-organ dalam tubuh, dan banyak lagi.
Banyaknya fungsi GH membuat ia semakin dicari. Sayangnya, semakin manusia beranjak dewasa, produksi hormone ini akan semakin menurun. Oleh karena itu, mulai dibuat GH sintetis atau yang dikenal sebagai HGH. Hormon sintetis ini seolah menawarkan solusi akan berbagai masalah, termasuk sebagai agen antiaging.
Banyak pro dan kontra terkait penggunaan hormon ini sebagai antiaging. Akan tetapi, bukan berarti ia tidak boleh digunakan sama sekali. Mari kita bahas lebih jauh mengenai indikasi dan dampak negatif penggunaan hormon sintetis ini bagi tubuh.
Indikasi penggunaan HGH

Anda pasti berpikir, tidak mungkin dibuat hormon sintetis bila hanya terdapat dampak buruk dari itu. Benar, HGH memiliki segudang manfaat bagi orang dengan kondisi medis tertentu. Seperti yang dijelaskan sebelumnya, GH murni yang diproduksi tubuh akan semakin menurun seiring bertambahnya usia. Padahal, beberapa orang memiliki penyakit atau kondisi medis yang mengharuskan mereka memiliki banyak hormon pertumbuhan. Kondisi ini dikenal sebagai Growth Hormone Deficiency.
Ada beberapa hal yang mendasari terjadinya kondisi Growth Hormone Deficiency, salah satunya tumor kelenjar hipofisis. Tumor yang tumbuh tersebut akan mendesak dan mengganggu aktivitas kelenjar tersebut, salah satunya dalam menghasilkan GH.
Tidak hanya tumor kelenjar hipofisis, masih ada penyakit dasar lain yang memerlukan terapi pemberian HGH. Apa saja itu? Berikut beberapa contohnya:
1. Gagal tumbuh
Kondisi ini biasa dialami anak-anak, di mana tinggi badan mereka tidak mencapai garis wajar pertumbuhan anak seusianya.
2. Penyakit gagal ginjal kronik

Kerusakan ginjal yang telah terjadi menahun. Biasa disebabkan oleh gaya hidup yang buruk. Beberapa penyakit juga berperan dalam meningkatkan risiko gagal ginjal kronik, di antaranya hipertensi dan diabetes mellitus.
3. Sindroma Prader Willi
Kelainan kongenital yang disebabkan tidak adanya kromosom nomor 15. Manifestasinya meliputi obesitas, retardasi mental, dan tinggi badan yang relatif pendek.
4. Sindroma Turner
Kelainan kongenital yang disebabkan kurangnya kromosom X pada perempuan. Perempuan dengan kelainan ini memiliki harapan hidup lebih rendah bila tak ditangani secara tepat.
5. Bayi dengan KMK (Kecil Masa Kehamilan)
Bayi yang lahir dengan berat badan di bawah standar rerata untuk masa kehamilan tertentu.
6. Sindroma Noonan
Kelainan kongenital yang memiliki manifestasi retardasi mental dan terganggunya berbagai fungsi organ. Kelainan ini biasanya disertai dengan penyakit jantung bawaan.
Beberapa penyakit metabolik juga berhubungan tidak langsung sebagai efek penurunan GH, salah satunya resistensi insulin yang menyebabkan diabetes mellitus. Akan tetapi, untuk sindroma metabolik, pemberian HGH tidak termasuk dalam guideline utama. Studi menunjukkan bahwa penggunaan obat antidiabetik, insulin, dan modifikasi gaya hidup menunjukkan keberhasilan yang lebih tinggi.
Dampak negatif HGH

Sebuah produk yang memiliki banyak manfaat, tentu tak lepas dari penyalahgunaan. Hal itu pula lah yang mungkin Anda temui dalam peredaran dan penggunaan HGH di tengah masyarakat. Kini, HGH lebih banyak dikenal sebagai produk antiaging (antipenuaan).
Beberapa riset menunjukkan bahwa ternyata HGH tidak menunjukkan keberhasilan yang signifikan dalam proses peremajaan tubuh. Meski demikian, masih banyak perusahaan yang mengiklankan hal tersebut dengan klaim yang cenderung dibesar-besarkan.
Anda yang telah membaca artikel ini, hendaknya bijak dalam memilih terapi yang akan dijalani karena tak hanya tidak menunjukkan keberhasilan, pemberian hormon ini di luar indikasi bisa memberi dampak negatif bagi tubuh. Berikut beberapa dampak negatif atau efek samping dalam penyalahgunaan HGH:
1. Sindroma Carpal Tunnel
Sindroma ini menyerang saraf pada pergelangan tangan, di mana terjadi penekanan oleh pembuluh darah dan struktur lain. Penderita akan merasa tangannya kebas dan beberapa jari susah digerakkan. Salah satu terapi yang paling efektif adalah operasi dekompresi mikrovaskuler.
2. Diabetes mellitus
Penyakit yang disebabkan oleh mekanisme resistensi insulin. Apabila tidak ditangani dan dikontrol dengan baik, akan menyebabkan komplikasi ke berbagai organ dalam tubuh, misalnya menjadi penyakit jantung, stroke, gagal ginjal kronik, dan kebutaan (glaucoma).
3. Keluhan di anggota gerak
Keluhan ini beragam, sekilas tampak sepele, namun bisa sangat mengganggu aktivitas. Keluhan bisa meliputi pembengkakan maupun nyeri di sendi dan otot.
4. Gynecomastia
Merupakan kondisi membesarnya payudara. Pada penggunaan HGH untuk laki-laki, kerap terjadi pembesaran payudara. Hal ini tentu sangat mengganggu penampilan dan kenyamanan, bukan?
5. Meningkatkan risiko kanker
Penggunaan HGH dalam jangka panjang sering dihubungkan dengan risiko berbagai jenis kanker. Tentu tidak seorang pun menginginkan penyakit ini, termasuk Anda, bukan?
BACA JUGA: 4 Tanda Skincare Bekerja dan Cocok di Kulit
Nah, setelah membaca artikel ini, tentu wawasan Anda sudah semakin luas. Di samping bahayanya, penggunaan HGH menyimpan lebih banyak manfaat bagi mereka yang memang membutuhkan. Tapi bagi sebagian yang tidak membutuhkan, tentu hanya akan memperoleh dampak negatif. Semoga sebagai seseorang yang bijak, Anda bisa menggunakan sesuatu sesuai pada tempatnya, dalam hal ini penggunaan terapi sesuai indikasi.