Reinfeksi dan Reaktivasi Setelah Sembuh dari Covid
Setelah sembuh dari Covid 19 kita perlu mengenal istilah Reinfeksi dan Reaktivasi. Meski angka kesembuhan Covid-19 di Indonesia tinggi, namun karena penanganan yang masih terbilang belum maksimal, risiko paparan corona masih sangat besar. Bahkan belakangan mulai muncul laporan tentang adanya penyintas yang sudah sembuh, tapi tertular kembali. Mengapa hal ini bisa terjadi?
Selain itu, mulai banyak dokter yang mengedukasi tentang reinfeksi dan reaktivasi. Keduanya menjadi pertanyaan oleh mereka yang waspada atau pernah tertular Covid-19. Bagaimana penjelasannya?
Setelah Sembuh Covid Lalu Reaktivasi
Beberapa ahli medis menerima banyak pertanyaan apakah mungkin virus bisa menetap di tubuh, kemudian dokter menyatakan sembuh, namun setelah beberapa waktu virus itu akan aktif kembali hingga menularkan pada orang lain. Kasus yang ditanyakan ini disebut reaktivasi virus dalam dunia kedokteran.
Merujuk dari edukasi oleh dr. Adam Prabata, hingga saat ini, belum ada laporan dan bukti ilmiah mengenai kasus Covid-19 yang mengalami reaktivasi virus. Pasien Covid-19 yang telah diizinkan selesai isolasi mandiri dengan melalui fase PCR serta gejala dan waktu, memiliki risiko minimal untuk menularkan.
Reinfeksi
Reinfeksi adalah kondisi di mana seorang pasien yang pernah terinfeksi sebuah virus, kemudian setelah beberapa waktu mengalami gejala penyakit yang sama dan masih positif mengidap penyakit yang sama pula. Melansir dari Klikdokter, hal ini sangat mungkin terjadi, karena Covid-19 merupakan jenis virus yang unik.
Ada kemungkinan antibodi mantan pasien tersebut menurun setelah beberapa bulan (kurang lebih 4 bulan pada kasus reinfeksi yang dilaporkan peneliti Hongkong pada Agustus 2020). Sehingga bisa kembali terkena Covid-19 dengan gejala mirip seperti infeksi pertama, atau sedikit berbeda. Meski kasus reinfeksi masih sangat sedikit, tapi WHO sudah mengimbau masyarakat dunia tetap waspada.
BACA JUGA: 4 Hal Penting untuk Disiapkan meski Belum Terpapar Covid-19
Ahli memang menyatakan bahwa mutasi virus tidak memberikan gejala yang lebih parah, hanya saja lebih cepat menular. Namun demikian, tetap menyarankan pada masyarakat tentang kewaspadaan pada virus corona dan menerapkan protokol kesehatan. Serta menyadari bahwa reinfeksi bisa terjadi, pada siapapun. Sehingga dengan pemikiran ini, membuat kita lebih bijak dan waspada akan risiko pandemi sampai ada titik terang mengenai obat dan penanganan penyakit tersebut.