Ruam Kulit Omicron, Gejala yang Kerap Terabaikan
Identik dengan alergi atau bahkan DBD, gejala ruam kulit Omicron adalah ciri yang agak kurang kita sadari. Hal ini baru muncul setelah beberapa waktu gelombang ketiga Covid-19. Terdapat laporan mengenai beberapa gejala yang bisa terlihat dari kondisi kulit kita.
Sebenarnya pada saat pertama kali kemunculan virus Corona, keluhan tentang ruam kulit juga sempat timbul. Namun kondisi ini tak begitu signifikan daripada sesak nafas dan penurunan saturasi oksigen yang seringkali sudah parah. Bagaimana bisa penyakit yang menyerang pernafasan kemudian menimbulkan ruam sebagai cirinya?
Hal tersebut mendapat penjelasan dari Sekretaris Umum Perhimpunan Dokter Paru Indonesia, Erlang Samudro. Melansir dari CNN dalam keterangannya, Erlang menjelaskan bahwa saat virus Omicron menginfeksi, terjadi peradangan atau inflamasi. Potensi ini akan lebih terbaca pada mereka yang memiliki kulit sensitif. Karena itu, tak semua pasien bisa mengalami gejala satu ini.
Lantas, kondisi ruam kulit seperti apa yang dimaksud? Berikut ini penjelasan lengkapnya.
Ruam kulit Omicron seperti perubahan warna kulit
Kulit yang bereaksi, memang bisa memunculkan warna tertentu layaknya alergi atau peradangan. Warna tersebut bisa seperti merah, atau bahkan kebiruan. Kondisi tersebut bisa terlihat pada jari kaki, atau pada permukaan kulit orang yang lebih muda. Biasanya berupa tonjolan seperti bentol pada kulit. Kondisi ini bernama ruam Chilblain. Meski tidak terasa gatal, tapi ruamnya bisa terasa nyeri.
Selain perubahan warna kulit, sebenarnya pada kaki dapat terjadi pembengkakan. Umumnya ciri ini baru terasa setelah pasien mengetahui bahwa dirinya ternyata positif Covid-19.
Nyeri karena bibir pecah-pecah
Pada omicron yang gejalanya mirip dengan flu, hal ini bisa terjadi. Merupakan reaksi tubuh karena adanya peradangan, sekaligus tanda kebutuhan akan vitamin. Menurut sebuah ulasan di Times of India yang juga membahas perubahan warna kulit, bibir pecah-pecah dan nyeri ini seringkali menjadi gejala yang tidak banyak orang sadari. Gejala ini bahkan bisa bertahan hingga pasien melalui atau sembuh dari Covid-19 yang ia alami.
Ruam kulit Omicron berupa kulit kering
Muncul ruam gatal seperti eksim pada beberapa area yang dapat terpapar sinar matahari. Daripada beberapa gejala di atas, ruam ini memiliki warna merah muda dan terasa gatalnya. Pada dasarnya kulit kering memang bisa menyebabkan gatal, apalagi bila menimbulkan tekstur eksim. Namun bila dengan perawatan sederhana seperti pemberian pelembab dan salep tidak menimbulkan hasil, perlu kita perhatikan perkembangan gejala selanjutnya.
Kendati seperti alergi, apabila mengalami kondisi ini, coba kita ingat apakah sebelumnya ada interaksi yang memungkinkan adanya penularan virus Covid-19.
Biang keringat
Selain kulit kering, biang keringat juga bisa menjadi jenis lain gejala yang muncul. Kemungkinan munculnya biang keringat ini ada pada area kulit yang lebih kecil dan di sekitar lipatan. Selain sebagai reaksi peradangan karena virus, juga bisa terjadi karena adanya reaksi tubuh yang tidak kita sadari.
Imunitas tubuh yang sedang bereaksi, bisa jadi membuat produksi keringat lebih banyak. Biang keringat selain terasa gatal dan lembab juga bisa menyebabkan tekstur bergelombang pada kulit.
Urtikaria atau biduran
Mirip seperti reaksi alergi, urtikaria ini mungkin lebih bisa kita kenali. Namun kondisi tersebut juga bisa nampak bias dengan munculnya udara dingin atau faktor pencetus alergi lainnya. Apabila kemudian muncul gejala batuk, demam dan nyeri sendi, kemungkinan ada hubungannya dengan gejala Covid-19.
Memastikan gejala dengan swab test atau antigen
Memantau gejala Covid-19 dari kulit mungkin agak sulit bagi mata awam. Nah, cara terbaiknya memang 3 hari setelah muncul gejala lain yang lebih spesifik, kemudian kita lakukan swab di lokasi terdekat atau GSI Lab. Swab test dan antigen bisa membantu mendeteksi dengan lebih akurat terhadap adanya virus dalam tubuh kita.
BACA JUGA: Positif Covid 19, Dewi Persik Terkena Ruam
GSI Lab sendiri sejak awal pandemi telah menjadi salah satu lokasi pilihan yang terbaik dan tercepat dalam memberikan layanan swab test. Bagi masyarakat yang kesulitan membayar harga swab test karena kendala ekonomi, bisa mencoba mendapatkan swab PCR gratis dengan mengikuti ketentuan yang ada di sini. Program Swab and Save ini bisa terselenggara karena donasi dan kemuliaan hati orang-orang baik yang turut berpartisipasi di sini.
Untuk mencegah terjadinya paparan virus, selalu lakukan protokol kesehatan. Karena pandemi memang belum berakhir meski kasusnya sudah banyak yang turun. Protokol kesehatan dengan menggunakan masker, menjaga jarak dan mencuci tangan, membantu banyak orang untuk bisa terhindar dari virus ini.
Selain itu, bila ada kesempatan, lengkapi dosis vaksin kita. Bagi yang belum, segera penuhi dosis primernya. Bagi yang sudah mendapat dua dosis primer, segera penuhi dosis booster sehingga terhindar dari risiko paparan virus omicron. Semoga kita semua bisa melalui pandemi ini bersama-sama dan bangsa kita pulih seperti sedia kala.