Perbedaan Saliva Test, Rapid, dan PCR
Perbedaan saliva test, rapid, dan PCR sebaiknya Anda pahami. Walaupun tujuannya sama yaitu membantu mendeteksi Anda terinfeksi Covid 19 atau tidak.
Perkembangan Covid 19 semakin meningkat dan hal ini membuat pemerintah menjalankan rencana penggantian metode tes PCR dari swab ke saliva. Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro menjelaskan, bahwa terdapat perbedaan diantara saliva test, Rapid dan PCR dengan tujuan yang sama.
Mengenal Saliva Test
Saliva test adalah tes melalui air liur yang berbeda dengan swab PCR yang selama ini diterapkan di Indonesia adalah metode pengujian Covid-19 dengan cairan dari hidung. Dengan menggunakan pendeteksi saliva test selain proses mudah dan hasil pengetesan pun lebih cepat selesai, sehingga pendeteksi Covid-19 dari air liur ini lebih nyaman dilakukan daripada metode memasukkan tangkai panjang yang terbalut kapas ke dalam hidung.
Karena penggunaan metode ini sudah dilakukan di sejumlah negara. Maka harapannya, saliva PCR ini dapat segera diterapkan di Indonesia, apalagi diyakini harganya dapat lebih murah dan tahapan prosesnya pun lebih cepat sehingga lebih cepat pula dalam mendapatkan hasil.
Di sisi lain, metode pengambilan sampel yang hanya melalui air liur merupakan cara yang lebih nyaman bagi masyarakat. Tidak seperti swab PCR yang diambil dari hidung, tenggorokan, atau seperti rapid dengan pengambilan darah dari ujung jari. Berdasarkan laman Kemenristek, alat tes Covid-19 berbasis air liur dikembangkan oleh Universitas Padjadjaran (Unpad) dan saat ini sudah masuk tahap 3 proses pengembangan.
Alat pendeteksi Covid 19 melalui air liur atau saliva test ini diharapkan mampu mendukung percepatan penanganan COVID-19, karena alat ini merupakan alternatif alat tes yang digunakan saat ini, seperti PCR, rapid tes andibodi, rapid test antigen, hingga GeNose.
Berikut beberapa rangkuman fakta yang terkait tes saliva sebagai tes pendeteksi virus Corona, yakni:
1. Menggunakan air liur
Tes Covid-19 saliva adalah metode pendeteksi virus Corona dengan menggunakan sampel air liur yang mendeteksi materi genetik virus dalam sampel air liur dengan kecepatan yang sama seperti metode swab. Dimana metode swab yang diberikan melalui hidung dan air liur memiliki hasil yang sesuai 97,7 persen, dengan sensitivitas 94,1 persen. Disamping itu metode berkumur hanya efektif 63 persen dalam mendeteksi virus. Dengan hasil kesepakatan antara metode swab hidung dan berkumur adalah 85,7 persen, hampir mencapai angka 100% akurat.
2. Sampel bisa bertahan hingga 24 jam
Mengingat sampel air liur yang stabil hingga 24 jam bila disimpan dengan kantong es atau pada suhu ruang. Ini membuktikan dan mendeteksi tidak ada perbedaan konsentrasi pada saat pengumpulan, delapan jam atau 24 jam setelahnya.
3. Mengurangi risiko penyebaran virus
Pengambilan sampel air liur yang dikumpulkan sendiri sama baiknya dalam mendeteksi Covid-19 seperti swab hidung. Metode ini dirasa lebih aman karena bisa mengurangi terjadinya penyebaran virus pada saat mengumpulkan sampel.
4. Sudah dilakukan di sejumlah negara
Mendeteksi Covid-19 dengan metode pengambilan sampel air liur atau saliva test sudah dilakukan oleh sejumlah negara. Sebagai contoh, negara Singapura telah menyetujui menggunakan alat tes Covid-19 untuk digunakan dalam menguji air liur dari dalam tenggorokan dari Advanced MedTech Holdi
Seiring perkembangan ilmu riset dan tekhnologi, telah memunculkan metode – metode penanganan Covid 19 seperti saat ini yaitu saliva test, rapid test dan pcr. Terkait hal tersebut, sebagian pihak memprediksi bahwa akurasi dari semua alat tes tersebut akan semakin berkurang di masa depan seiring berjalannya program vaksinasi Covid 19.