Mengenal Terapi Wicara, Cegah Anak Stres karena Speech Delay
Masyarakat awam mungkin kurang mengenal terapi wicara. Tapi, bagi mereka yang sudah memiliki anak usia balita, seringkali sudah memahami istilah ini.
Bagi para orang tua, ketika anak mereka mengalami speech delay, mungkin merasa khawatir. Sebaliknya, anak juga kesulitan menyampaikan maksudnya karena masih belum bisa bicara dengan baik dan ini bisa membuat mereka frustasi. Untuk inilah ada yang namanya terapi wicara.
Terapi ini sebenarnya bisa untuk segala usia. Hanya saja kebanyakan yang melakukan terapi ini adalah anak-anak yang mengalami speech delay atau terlambat bicara. Mengajarkan pada si kecil tentang bahasa, baik secara verbal atau non verbal.
Seberapa urgen terapi wicara ini untuk kita lakukan? Mari kita gali lebih dalam dalam bahasan berikut ini.
Mengenal terapi wicara
Telah sedikit kita singgung di awal mengenai definisi terapi wicara, yakni sebagai terapi yang mengenalkan anak pada bahasa verbal dan non verbal. Lebih dalam lagi, latihan ini bisa membantu mereka secara artikulasi, ekspresi intonasi, serta kesesuaian volumenya.
Sebagaimana terapi yang bertujuan membantu bicara dengan baik, hal ini dimulai dari olah mulut terlebih dahulu. Latihan dasar untuk koordinasi mulut, gigi dan lidah membentuk kata-kata atau bahkan kalimat sederhana. Setelahnya, latihan bisa lebih eksploratif dan mendalam, yakni mengembangkan bahasa, kalimat dan kata untuk mengekspresikan secara presisi.
Alasan memerlukan latihan ini
Bagi orang awam pada umumnya, bicara bukan hal yang sulit. Tapi, ada orang atau anak-anak yang memerlukan bantuan lebih banyak untuk bisa berkomunikasi, atau bahkan berbicara. Ada banyak layer dalam berbahasa dan bicara yang mereka perlu latih. Di antaranya artikulasi, intonasi suara hingga sekedar mengucapkan sepatah dua patah kata.
Biasanya, mereka yang memerlukan terapi wicara, memiliki kondisi seperti di bawah ini.
Mengalami telat bicara
Mereka yang mengalami telat bicara bisa nampak dari kemampuan berkomunikasi yang terhambat atau terlambat dari usia seharusnya. Tentunya hal ini membutuhkan bantuan untuk menstimulasi kemampuan bersuara dan bicaranya. Ciri-cirinya adalah tidak mulai bicara ketika sudah 15 bulan atau lebih, atau mengalami bicara yang tidak jelas atau tidak bisa mengucapkan kalimat pendek di usia 3 tahun. Kesulitan memahami lawan bicara atau mengungkapkan maksudnya.
Gangguan suara dan resonansi
Anak-anak yang sedang mulai belajar bicara dan mengalami gangguan ini pada umumnya merasakan sakit saat akan bersuara. Karenanya, ia sering mengeluarkan suara yang sangat kecil sehingga apa yang ia omongkan tidak jelas.
Terapi wicara untuk gangguan kosa kata
Gangguan di mana anak-anak kesulitan memilih dan menempatkan kata yang tepat untuk menjelaskan maksud mereka. Sehingga seringkali istilah yang mereka gunakan keliru atau salah.
Gejala autisme
Anak dengan gejala autis juga bisa mendapatkan terapi wicara untuk melatih kemampuan berkomunikasi verbal atau non verbal. Mengingat gangguan atensi dan komunikasi yang terdapat pada anak berkebutuhan khusus ini, biasanya juga bersamaan dengan terapi lainnya.
Terapi wicara untuk mutisme
Mutisme merupakan gangguan berkomunikasi ketika sedang berada di lingkungan sosial. Di mana si anak sebenarnya memiliki kemampuan bicara yang baik dan lancar di rumah atau dengan orang terdekat, akan tetapi hal ini tidak muncul saat berada di luar rumah atau saat bersama orang lain.
Masih banyak lagi urgensi untuk melakukan terapi wicara, sesuai dengan kebutuhan atau permasalahan terkait kemampuan bicara, komunikasi dan ekspresi secara verbal dan non verbal Misalnya kesulitan memahami kata-kata serta gangguan kognitif lainnya.
Prosedur pelaksanaan terapi wicara
Bayangan kita terhadap terapi mungkin umumnya menggunakan ahli. Hal tersebut memang tidak salah. Di klinik kesehatan sebagian menyediakan ahli untuk melakukan terapi wicara setelah melakukan observasi dan diagnosa lebih dulu.
Tapi, sebagai orang tua atau keluarga, kita juga bisa menjadi terapis yang melakukan prosedur tersebut. Karena pada dasarnya, terapi wicara juga bisa kita lakukan dengan cara yang menyenangkan seperti berkegiatan sehari-hari.
Terapis profesional atau dokter yang melakukan terapi wicara, memerlukan pemeriksaan awal yang bisa menyangkut kemampuan bicara, kemampuan bersuara dan pemeriksaan pendengaran.
Perhatikan ini sebelum melakukan latihan
Siapapun bisa memiliki kesulitan pada kemampuan tertentu, sehingga sebelum memulai sebaiknya kita menyemangati anak atau keluarga yang sedang memulai latihan bicara ini. Meski demikian, dukungan ini juga berarti sebaiknya kita tidak menginterupsi atau membantu saat sesi terapi berlangsung.
Apabila latihan bersama dengan terapis, kita yang mendampingi sebaiknya berkomunikasi dengan baik bersama terapi. Tujuannya untuk bisa mengetahui perkembangan terapi, kecenderungan subjek terapi, dan menyamakan visi misi dengan mereka.
Sebab apabila kita ada tendensi ke salah satu pihak, misalnya terlalu membantu anak atau terlalu memasrahkan pada terapis, hal tersebut juga kurang baik nantinya. Kesamaan visi misi ini bisa termasuk kondisi di mana kita mempersilakan terapis menggunakan prosedur sesuai SOP tanpa banyak intervensi orang tua, namun di rumah kita juga melatih anak atau mendengarkan aspirasi anak tentang kesulitan latihannya.
Selain itu, beberapa kriteria lain seperti tidak menggunakan televisi dan gadget lain mungkin perlu kita lakukan untuk mengoptimalkan sesi ini.
Stroke dan cedera otak perlu latihan ini
Ada kalanya, terapi berbicara juga perlu bagi orang dewasa dan lansia. Terutama bila mereka pasca stroke dan sedang mengembalikan kemampuannya. Serta bagi mereka yang mengalami cedera otak, sehingga ada gangguan kognitif atau koordinasi lainnya dalam hal bicara, berpikir dan berkomunikasi.
Bila terjadi kondisi atau gejala yang sepertinya membutuhkan terapi wicara ini, kemungkinan dokter yang memeriksa akan menganjurkan untuk melakukan prosedur tersebut. Semakin cepat kita menanganinya, maka akan semakin mudah pula pemulihannya.
BACA JUGA: Dokter Psikolog atau Psikiatri? Ini Perbedaannya
Untuk menunjang hal tersebut, kondisikan pasien yang bersangkutan secara asupan nutrisi, suasana hati dan pikiran, serta istirahatnya. Karena pemulihan dengan terapi semacam ini bisa maksimal dengan dukungan moril serta pemeliharaan kesehatan jasmaninya.