7 Efek Long Covid Omicron yang Paling Sering Terjadi
Penurunan lonjakan kasus gelombang ketiga memang kabar baik, tapi tak sedikit yang merasakan efek long Covid Omicron. Hal ini sama seperti halnya karakter dari Covid-19 varian sebelumnya.
Long Covid merupakan kondisi di mana penyintas yang pernah terpapar virus Corona, masih bisa merasakan gejala yang menetap lebih lama meski sudah sembuh. Bisa terjadi dalam hitungan pekan atau bahkan bulanan. Tak hanya gejala bawaan, namun juga bisa berupa perubahan kondisi yang tadinya prima, mengalami penurunan. Hal ini bisa segera hilang namun juga bisa bertahan cukup lama.
Long Covid yang paling sering muncul adalah batuk yang tak kunjung selesai, mudah lelah meski melakukan aktivitas yang tidak terlalu berat, serta penurunan daya ingat. Pada artikel ini kita akan mengupas lebih dalam mengenai Long Covid dan probabilitas untuk pulih total.
Efek Long Covid Omicron rawan menyasar golongan tertentu
Ada beberapa golongan yang termasuk rentan akan gejala Long Covid-19. Melansir dari laman Amari Covid-19 oleh UNPAD dan ITB, serta hasil penelitian para ahli Eropa yang termuat di The Guardians, kalangan yang paling potensi mengalami gejala yang menetap lebih lama adalah perempuan. Mengapa bisa demikian?
Faktor termudah adalah karena cukup banyak perempuan yang berada di lini depan penanganan Corona sejak saat pertama kali penyakit ini datang. Namun, faktor yang paling berpengaruh adalah kendati wanita lebih punya survival rate tinggi daripada pria untuk perlawanan infeksinya, namun perempuan rentan akan inflamasi imun. Misalnya mengalami nyeri dan kelelahan lebih parah atau bahkan penyakit autoimun.
Selain itu, kalangan lansia dan anak-anak berpotensi mengalami long Covid. The Conversation Inggris pernah membahas ini, di mana anak-anak di Eropa, seperti Italia dan Inggris, 13-15% lebih mungkin mengalami long Covid-19 lebih dari 5 minggu lamanya.
Kategori lain yang memiliki kemungkinan mengalami Long Covid ialah mereka yang indeks massa tubuhnya melebihi batas atau mengalami obesitas. Oleh karena itu, sepanjang pandemi ini para ahli dan dokter menyarankan kita untuk bergerak aktif, mengatur pola makan dan menjalankan gaya hidup sehat.
Batuk jadi efek long covid Omicron paling umum
Omicron merupakan varian ketiga yang datang saat sebagian masyarakat telah mendapatkan vaksin. Hal ini jadi sangat menguntungkan, karena membuat gejala yang kita alami bisa jauh lebih ringan. Kendati sejak awal WHO dan Kemenkes telah menyebutkan bahwa Omicron hampir sama seperti flu pada umumnya, namun saat gelombang ini datang, terbukti penularannya sangat cepat dan gejalanya lebih membandel.
Batuk adalah salah satu gejala yang kemudian menetap cukup lama bagi sebagian orang. Hal ini merupakan bawaan dari kondisi sistem pernapasan kita yang sedang memulihkan diri. Meski ada yang bisa sembuh lebih cepat, ada juga yang perlu waktu, terutama bagi yang imunitasnya kurang sempurna, perokok atau memiliki penyakit bawaan.
Mudah lelah meski tak banyak beraktivitas
Kondisi umum dan mungkin terasa sedikit aneh setelah kita pulih dari Omicron adalah kelelahan. Selain itu, kita bisa merasakan nafas yang terasa lebih pendek-pendek saat baru sembuh dari Covid. Situasi ini sangat mungkin terjadi hingga beberapa bulan lamanya.
Mudah lelah ini penyebabnya adalah respon tubuh yang masih berusaha memulihkan diri dari kondisi terpapar virus Corona. Selain itu, biasanya mereka yang malah mudah lelah setelah sembuh, kemungkinan sempat mengalami pneumonia atau infeksi di bagian paru-paru.
Melansir dari British Lung Foundation, kondisi mudah lelah ini bisa terjadi dalam hitungan minggu, atau bahkan bulanan. Hal ini bisa terjadi karena saat sedang sakit, mengalami kondisi yang tak teratur seperti pola tidur, stres dan hingga kurang bergerak. Selain mudah lelah, kondisi berhubungan dengan fisik lainnya yang berhubungan dengan ini adalah nyeri sendi atau nyeri otot.
Efek long covid Omicron menyebabkan ingatan menurun
Terkenal dengan istilah ‘kabut otak’ atau brain fog. Sebenarnya kondisi ini bisa terjadi setelah kita mengalami penyakit yang cukup berat. Kabut otak bisa membuat fungsi kognitif kita mengalami penurunan. Sebagai contoh adalah mudah lupa, sulit konsentrasi dan sulit memahami instruksi sederhana sekalipun.
Hal ini juga sudah sempat menjadi penelitian di Amerika Serikat, di mana risiko kerusakan saraf memang mungkin terjadi setelah mengalami penyakit seperti Covid-19. Meski Omicron sendiri tidak sekuat Delta, namun gejalanya bisa sangat membandel pada mereka yang belum vaksin, memiliki imun rendah dan berpenyakit bawaan atau lansia.
Gangguan kecemasan atau depresi
Selain mengganggu kognitif, juga bisa mempengaruhi suasana hati dan pikiran. Menurut sebuah penelitian oleh The US Department of Veteran Affairs, menerbitkan hasil studi mereka di British Medical Journal. Mereka yang terpapar Covid-19 lebih rentan mengalami perkembangan kondisi kecemasan serta gangguan tidur.
Selain karena penyakit, orang-orang tersebut berusaha mengembalikan kehidupan mereka dengan penuh perjuangan. Karena selain kondisi yang tidak lagi sama secara fisik, juga situasi eksternal yang mempengaruhi. Misalnya perekonomian yang tidak stabil, lonjakan dan penurunan kasus Covid-19 itu sendiri. Semestinya orang-orang ini mendapatkan bantuan untuk mengatasi kondisi psikologisnya, namun sayangnya beberapa cenderung mengabaikan atau tak mendapatkan dukungan moril ini dari sekitarnya.
Jantung mudah berdebar
Gangguan debaran jantung bisa terjadi sebagai dampak dari long Covid yang masih tersisa di tubuh kita. Bila mengalami hal ini, pasien perlu memeriksakan diri dan berkonsultasi dengan dokter untuk memastikan. Pasalnya hal ini bisa mengindikasikan adanya komplikasi jantung dan paru-paru yang mungkin terjadi.
Debaran jantung ini bisa juga dengan atau tidak bersamaan sesak nafas. Bila ada kondisi demikian, jangan ragu untuk memastikan kondisi kita ke fasilitas kesehatan terdekat.
Apakah efek long Covid Omicron bisa sembuh?
Long Covid Omicron sebenarnya bisa pulih kembali, hanya saja hal tersebut memang tergantung dari kondisi masing-masing orang. Beberapa bisa lekas sembuh dari Covid-19 dan long Covidnya, beberapa membutuhkan waktu lebih banyak. Yang mempengaruhi kecepatan pulih ini antara lain adalah tingkat keparahan saat terpapar Covid-19, sudah mendapatkan vaksin penuh atau belum, usia, obesitas, serta penyakit bawaan.
Pencegahan yang umum dilakukan adalah memenuhi kebutuhan dosis vaksin primer dan booster. Meski tidak menjadi kebal, namun gejalanya bisa jadi jauh lebih ringan. Oleh karena itu, bila belum melakukan vaksin, segerakan untuk mendapatkan dosis primer yang kita butuhkan. Setelah tenggat waktu tertentu, kita bisa melengkapinya dengan dosis booster.
GSI Lab dan program swab test gratis
Sampai saat ini, swab test seperti menjadi bagian dari new normal, karena masih kita butuhkan untuk memastikan kondisi sebelum bepergian atau urusan mobilitas lainnya. Namun, di samping swab test berbayar, GSI Lab memahami adanya ketidakstabilan ekonomi yang berdampak pada saudara kita.
Oleh karena itu, untuk meringankan beban mereka, GSI Lab memiliki program Swab and Save di mana kita bisa menjadi bagian untuk membantu saudara kita yang kesulitan untuk menjangkau swab test dengan gratis. Selain itu, kita juga bisa berdonasi langsung dengan bergabung di sini.
BACA JUGA: Kabut Otak, Sering Lupa dan Gagal Fokus Pasca Covid-19
Covid-19 masih ada dan bisa bermutasi dari waktu ke waktu. Pertahankan protokol kesehatan dengan memakai masker, menghindari kerumunan dan rajin cuci tangan untuk tetap waspada akan penyakit ini. Selain mencegah Covid, disiplin protokol kesehatan juga bisa menjauhkan kita dari penyakit lainnya.