Efek Vaksin Sinovac pada Anak, Benarkah KIPI Lebih Tinggi?


Saat ini anak mulai mendapatkan vaksin dan banyak yang mempertanyakan efek vaksin Sinovac pada mereka. Pada dasarnya, anak yang sudah cukup umur dan dalam kondisi sehat saat mendapatkan vaksin KIPInya jauh lebih rendah.

KIPI atau Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi, atau bisa juga kita sebut sebagai efek samping, merupakan hal yang dapat terjadi pada siapapun dan merupakan hal yang lumrah. Karena vaksin bertujuan melatih imun tubuh dengan menggunakan formulasi mirip virus atau virus yang telah lumpuh.

Umumnya kita bisa merasakan efek samping seperti sedikit demam atau meriang dalam jangka waktu pendek. Namun pada usia muda dan produktif, KIPI yang ringan atau sangat parah cenderung tidak terjadi. Lantas bagaimana dengan anak-anak? Kita bahas selengkapnya di sini.

Efek vaksin Sinovac seringnya adalah yang paling ringan

ilustrasi anak sedang divaksin
Sumber gambar

Bila menilik dari beberapa jenis vaksin yang ada, Sinovac merupakan vaksin generasi pertama dengan efek samping yang minor atau sangat ringan. Sebelum ini, anak-anak bisa mendapatkan juga vaksin seperti Pfizer. Namun, setelah beberapa waktu, pemerintah dan Kemenkes menetapkan vaksin Sinovac dosis 1 adalah untuk anak-anak.

Hal ini nampaknya berkaitan dengan izin penggunaan vaksin yang telah teruji kelayakan dan keamanannya untuk segala usia. Belum ada kasus KIPI berat atau serius terkait dengan vaksin Sinovac pada orang dewasa maupun anak-anak sejauh ini. Hal ini juga telah melalui uji klinis pada anak usia 3-17 tahun fase 1 dan 2

Efek vaksin Sinovac yang mungkin terjadi

ilustrasi efek vaksin
Sumber gambar

Meski begitu, tak ada salahnya kita mengetahui efek samping yang mungkin terjadi. Sebab kondisi tubuh setiap anak sebenarnya berbeda-beda dalam merespon vaksin, walau nampak sehat. Umumnya, gejala efek samping vaksin Sinovac yang sering muncul adalah berikut ini:

  • Rasa sakit di bekas suntikan, tapi biasanya hanya seperti berat dan ngilu otot
  • Rasa mengantuk atau lapar
  • Demam dengan skala ringan
  • Nyeri otot
  • Kemungkinan ada diare, tapi sangat kecil
  • Merasa menggigil

Bila mengalami efek samping seperti ini, orang tua tidak perlu panik. Bisa menghubungi dokter secara online atau IGD terdekat untuk mendapatkan arahan penanganan mandiri.

Apa yang harus kita lakukan bila KIPI terjadi?

KIPI atau efek samping vaksin adalah hal yang sudah menjadi pertimbangan dan antisipasi sejak sebelum vaksin resmi boleh masyarakat dapatkan. Oleh karena itu, bila ada efek samping yang kita rasakan, berikut adalah beberapa langkah untuk mengatasinya:

  • Bila efek samping yang terasa adalah demam, nyeri otot atau sakit kepala yang sangat mengganggu, kita bisa menggunakan paracetamol untuk meredakan gejala. Bila ingin memastikan, bisa bertanya pada petugas vaksinasi tindakan antisipatifnya saat pemberian vaksin berlangsung.
  • Jika efek samping hanya mengantuk, tanpa demam atau nyeri otot yang berat, tidak perlu minum obat.
  • Bila KIPI terjadi lebih dari 1-2 hari, atau dalam jangka waktu tersebut menunjukkan gejala perburukan, segera hubungi dokter atau menuju ke rumah sakit terdekat. Bila pada kartu vaksinasi ada nomor yang dapat kita kontak, bisa menghubungi nomor tersebut.

Bila tidak ada efek samping, tidak perlu mengonsumsi obat. Hal ini menunjukkan bahwa tubuh anak dalam kondisi yang baik saat menerima vaksinasi.

Cara mencegah terjadinya efek samping vaksin

ilustrasi vaksinasi anak
Sumber gambar

Untuk menghindari terjadinya KIPI atau efek samping setelah menerima vaksin, orang tua dan guru perlu memastikan beberapa hal ini sebelum anak mendapat imunisasi:

  • Pastikan anak dalam kondisi yang sehat, tidak sedang sakit.
  • Bila anak memiliki penyakit bawaan, sebaiknya membawa surat keterangan dokter untuk kita tunjukkan pada guru dan petugas vaksin.
  • Pastikan anak mendapatkan asupan bergizi di hari-hari menjelang vaksin.
  • Tidak begadang sebelum dan sesudah vaksinasi.
  • Sebaiknya anak sudah sarapan sebelum mendapatkan vaksin.
  • Tidak terlalu lelah sebelum dan sesudah vaksinasi.

Orang tua yang khawatir dengan vaksinasi untuk anak

Tak hanya pada orang dewasa, vaksinasi untuk anak juga menjadi spekulasi. Meski sudah hampir satu tahun berlalu, namun masih banyak orang yang meragukan efektivitas vaksin dan berpikir bahwa hal ini adalah sama saja dengan memasukkan zat berbahaya ke dalam tubuh anak.

Pada dasarnya, semua vaksin yang beredar saat ini sudah melalui uji klinis dan mendapatkan izin edar. Baik oleh WHO, maupun pemerintah melalui Kemenkes. Oleh karena itu efektivitas dan keamanannya sudah terjamin.

Laporan di lapangan juga sangat sedikit menunjukkan adanya efek samping yang membahayakan. Beberapa kasus yang sempat mencatut efek samping vaksin, rupanya terjadi karena kondisional dari anak/orang dewasa tersebut. Namun lebih dari 70% peserta vaksinasi sebenarnya tidak sampai merasakan KIPI yang sangat berat.

Anak juga belum mendapatkan booster yang mungkin efek sampingnya akan lebih terasa. Hal ini karena vaksinasi anak yang masih belum merata. Kendati demikian, sebenarnya dengan berkaca pada lebih banyak kasus sukses daripada kasus efek samping, hendaknya orang tua mempertimbangkan untuk memberikan proteksi pada buah hati dengan vaksinasi. Jangan sampai pemberitaan miring atau informasi simpang siur yang belum jelas kebenarannya, membuka risiko bagi kesehatan si kecil.

BACA JUGA: Cara Cek Sertifikat Vaksin dengan Mudah

Semoga informasi ini bisa menjadi masukan bagi para orang tua atau anak-anak remaja yang akan melakukan vaksin. Jangan khawatir, sebab mayoritas masyarakat Indonesia telah melakukan vaksinasi hingga tahap ketiga atau booster. Hal ini menunjukkan bahwa vaksin yang tersedia saat ini aman, asalkan kita juga menyiapkan diri sebaik mungkin dan tetap prokes dalam aktivitas sehari-hari.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *