3 Anggapan Salah Kaprah tentang Vaksin Covid-19 di Masyarakat
Banyak di antara kita yang masih salah kaprah dengan vaksin. Di antaranya menganggap vaksin sebagai obat.
Hingga hari ini dunia medis masih disibukkan dengan gelombang pandemi yang silih berganti. Penelitian tentang obat Covid-19 pun masih dalam tahap pengembangan. Pengadaan vaksin menjadi salah satu strategi terbaik untuk menekan laju penambahan kasus, serta kematian yang mengkhawatirkan di seluruh dunia saat ini.
Menurut dokumen Frequently Asked Question (FAQ): Seputar Pelaksanaan Vaksinasi Covid-19 dalam laman resmi Direktorat Jenderal Kesehatan Masyarakat (Kesmas) Kementerian Kesehatan (Kemkes) RI, menyebutkan bahwa vaksin bukanlah obat.
Vaksin merupakan upaya pencegahan terhadap Covid-19. Fungsi vaksin yaitu mendorong sistem kekebalan spesifik imun tubuh agar tahan terhadap serangan virus. Semacam ‘latihan’ agar imunitas memiliki memori akan virus tersebut.
Dengan adanya kekebalan tubuh ini, diharapkan tubuh kita dapat terhindar dari penularan ataupun kemungkinan mengalami risiko gejala yang parah akibat terinfeksi Covid-19.
Anggapan setelah vaksinasi, bisa bebas Covid-19
Kekeliruan ini merebak luas di masyarakat. Anggapan setelah mendapat vaksinasi, maka akan bebas dari ancaman virus Corona. Publik masih sulit membedakan antara ‘menurunkan risiko’ dan ‘mengobati’. Sehingga di lapangan, masih sering muncul perdebatan seperti keraguan dan perlu tidaknya vaksin.
Melansir dari Kompas.com Dokter kandidat PhD bidang Medical Science di Kobe University, Adam Prabata menjelaskan, tujuan vaksinasi memang untuk membentuk kekebalan tubuh terhadap virus, menekan jumlah kasus serta kematian dan menciptakan herd immunity. Namun untuk kekebalan tersebut juga perlu meninjau efektivitas vaksinnya seperti apa dan tiap penyakit bisa berbeda satu sama lain.
Boleh Jalan-jalan Setelah Vaksin
Memang benar selama pandemi berlangsung, kita banyak di rumah saja dan mudah jenuh. Perasaan ingin seseekali jalan-jalan atau berlibur ketempat wisata pasti jadi keinginan banyak orang. Lantas apakah setelah divaksinasi kita diperbolehkan jalan-jalan?
Vaksinasi pada dasarnya memberikan lapisan perlindungan tambahan yang sangat penting dan efektif bagi tubuh. Tapi, vaksinasi sendiri melewati 2 tahap dan membutuhkan proses. Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC)Amerika Serikat, kita tetap disarankan agar mengurangi bepergian ketempat yang padat manusia. Bahkan sebaiknya setelah vaksin di rumah saja dulu bila tidak ada urgensi keluar. Ingat, meski sudah vaksin tetap ada risiko penularan karena Corona ini termasuk penyakit jenis baru yang masih dalam penelitian.
Masih pilih-pilih vaksin
Mau Vaksin ini dan itu, banyak prasangka di masyarakat tentang beragam vaksin covid-19. Apalagi dengan merebaknya kabar mengenai KIPI (Kejadian Ikutan Pasca Imunisasi). Komnas KIPI dari laman Kemenkes sendiri menjelaskan bahwa dari 27 kasus KIPI yang sempat diduga karena vaksin Sinovac, telah ditelaah tak ada hubungannya dengan vaksin.
Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin turut memberikan anjuran “Masyarakat dimohon jangan pilih-pilih vaksin. Vaksin yang diberikan pemerintah adalah vaksin terbaik dan sudah teruji keamanannya,” ujar Budi dikutip dari siaran pers Kemenkes, Rabu (2/6/2021).
Dengan disetujuinya vaksin Sinovac oleh WHO, turut menegaskan kalau pemerintah Indonesia menyediakan vaksin yang sudah teruji keamanan, mutu dan khasiatnya. Termasuk vaksin buatan China, karena sudah lewat uji klinis tahap ketiga dan digunakan di lebih dari 20 negara. “Riset juga membuktikan vaksin Covid-19 mampu mencegah kematian dan mencegah sakit parah yang berujung perawatan gawat darurat,” tegas Budi.
Vaksin terbaik adalah vaksin yang tersedia. Kepanikan dan kesimpangsiuran memang membuat kita ragu, tapi sekaligus malah menunda kesembuhan bangsa ini.
Jadi jangan sampai sobat salah lagi tentang bagaimana vaksin bekerja. Sebagai bentuk melawan Covid-19 yang telah berjalan di tahun kedua ini kita harus siap melakukan vaksinasi bersama. Sebagai bentuk perlawanan kita terhadap pandemi ini.